Nama : Rica Yolanda
NIM : 1209406052
Jurusan : Ilmu Komunikasi Prodi Hubungan Masyarakat
Semester/Kelas : VI/Humas B
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan teknologi, telah memperlancar komunikasi di seluruh
penjuru dunia dan seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dengan
perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, terutama dalam kurun waktu dua
dasa warsa belakangan ini, tidak ada satu bangsapun yang terasing dari
pergaulan antar bangsa melalui media elektronika, media cetak maupun
film.
Radio dan televisi sebagai media
komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan. Televisi
adalah salah satu media visual dan auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat
luas. Mengingat sifatnya yang terrbuka, cakupan pemirsanya tidak
mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak,
remaja, hingga orang dewasa. Luasnya jangkauan siaran dan cakupan
pemirsanya, mejadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang besar
dan cepat pengaruhnya terhadap perkembangan pengetahuan, sikap dan perilaku
anggota masyarakat serta perubahan system dan tata nilai yang ada.
Sekarang selain media televisi yang
dikelola oleh pemerintah, masyarakat dapat juga menyaksikan siaran televisi
yang dikelola swasta. Disamping itu, sebagain masyarakat yang
memiliki antena parabola dapat menikmati siaran televisi dari luar
negeri. Masing-masing jenis media televisi tersebut di atas
mempunyai tujuan dan isi siaran yang berbeda, sesuai dengan misi masing-masing
pengelola dengan sasaran kelompok-kelompok pemirsa yang berbeda-beda pula.
Teknologi ini telah sedemikian pesat
perkembangannya sehinga mampu menghasilkan gambar dan suara yang prima
menjadikannya sebagai barang komoditi yang disukai. Ini terbukti
dengan banyaknya palwa (video rental) tersebar di seluruh wilayah tanah
air sampai pada tingkat kecamatan.
Besarnya dampak media televisi
terhadap perubahan pembentukan pribadi anak bangsa pada umumnya, maka tujuan
dan isi program yang ditayangkan hendaknya benar-benar mengandung misi untuk
mengantarkan masyarakat Indonesia ke suatu sistem nilai yang kondusif terhadap
pengembangan watak dan tatanan hidup masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
RADIO DAN TELEVISI
Cikal bakal televisi lebih dahulu ditemukan dari pada radio, pada tahun 1884 dan disebut
sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie
Baird (1888-1946) dan Charles
Francis Jenkins(1867-
1934) menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem
dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat
seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam
penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik
tabung hampa (Cathode Ray Tube). Sedang untuk radio pertama kali
digunakan adalah tentara angkatan laut jepang yg memata-matai armada rusia pada
saat perang Tsushima pada tahun 1901 dan paling dikenang adalah penggunaan
radio saat tenggelamnya Titanic tahun 1912.
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk
pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga
merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak
memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Dasar teori dari
perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh
James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika
medan elektromagnetik (bahasa Inggris: A dynamical theory of the
electromagnetic field), berdasarkan hasil kerja penelitiannya antara 1861 dan
1865.
Radio
adalah perangkat elektronik pertama yg dipunyai keluarga saya, tahun 1991-an
bisa beli Radio FM/AM/SW merk National dengan sumber power masih Batre ABC
karena belum ada catu daya listrik didaerah transmigrasi waktu itu.
Radio
Pada waktu radio pertama kali mengudara, yaitu di
tahun 1920-an, belum banyak orang yang mempunyai pesawat penerima siaran radio.
Mendengarkan radio merupakan suatu kegiatan komunitas, dimana orang
mendengarkan radio bersama para tetangga, teman dan sanak keluarga, di rumah
seseorang yang beruntung telah mempunyai pesawat radio. Mereka akan berkumpul bersama
mengelilingi radio untuk mendengarkan program-program yang disiarkan. Saat itu
radio layaknya bagai televisi saat ini, dimana orang mendengarkannya sambil
memandangi pesawat, tanpa melakukan kegiatan lain. Hingga tahun 1950-an, radio
merupakan salah satu sumber informasi utama yang memberi dampak lebih besar
dibandingkan dengan koran. Kekalahan Hitler di Eropa juga merupakan dampak dari
siaran propaganda radio sekutu yang dipelopori AS (Warren, 1992: 21).
Sebagai media utama, radio hanya menyiarkan
koleksi program-program berdurasi pendek seperti program-program berdurasi 5,
10, 15 menit dan features mingguan berdurasi 30 atau 60 menit. Program komedi
dan drama sangat disukai oleh pendengar. Saat itu bioskop juga merupakan media
informasi utama berbentuk audio-visual. Tetapi karena bioskop membutuhkan
kehadiran orang ke gedung bioskop, sejumlah uang dan waktu khusus untuk
menikmatinya, radio menjadi lebih populer (Warren, 1992: 22).
Pada saat teknologi televisi muncul, yaitu pada
akhir 1940-an dan meledak pada tahun 1950-an, sedangkan di Indonesia pada tahun 1962, kedudukan radio
mulai sedikit demi sedikit digantikan oleh televisi.
Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta
suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari
kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat
diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media
visual/penglihatan.”
Penggunaan kata
"Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi
televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di
Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Kotak televisi pertama kali
dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah
menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya
sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media
periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak
televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman.
Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui
Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Penyiaran TV biasanya disebarkan
melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis
suara stereo ataupun bunyi keliling di
banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini
perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital. Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit
elektronik didalamnya, termasuk di
antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat
tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut
sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat
dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi
tinggi (HDTV). Sistem televisi
kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses
industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya
terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan
percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah
digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial. Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi
abad 20 dan 21. Pada tahun 2010, iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya
adalah Facebook dan Twitter.
Penyiaran Konten Televisi
Terdapat berbagai cara untuk
menyiarkan konten TV yang dapat disiarkan untuk umum. Setelah diproduksi,
langkah selanjutnya adalah memasarkan dan menjualnya kepada pasar manapun yang
ingin membelinya. Hal ini secara tipikal terbagi dalam dua tingkatan:
1.
Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana —
sebuah badan produksi menghasilkan acara yang terdiri dari satu atau beberapa
episode yang kemudian ditayangkan dalam sebuah stasiun atau jaringan televisi yang telah membayar untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima
lisensi acara tersebut dari produser aslinya.
2. Sindikasi penyiaran — istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan acara
selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja mengatur tayangan
lanjutan di negara yang sama (dengan tayang perdananya), tetapi juga penggunaan
internasional yang mungkin sudah tidak lagi diurus dan berhubungan oleh
produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain (stasiun televisi ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata lain,
mereka hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal dengan
adanya kontrak dengan pemegang hak cipta, pada umumnya adalah produser.
Perkembangan
pertelevisian di Indonesia
Dengan kebijakan politik yang
cenderung menganut open sky policy, arus informasi melalui
komunikasi satelit yang masuk ke Indonesia akan terus
meningkat. Kenyataan ini sangat beralasan karena kemajuan
teknologi satelit akan mengalami perkembangan yang pesat. Sebagai contoh, dalam
waktu satu dua tahun ini akan ada satelit generasi baru yang mampu memancarkan
empat saluan televisi dari sebuah televisi transponder (Palapa mampu
memancarkan saluran televisi dari sebuah transponder).
Ditinjau dari kemampuan ekonomi, masyarakat
Indonesia akan terus bergerak maju. Apabila sekarang ini baru
memiliki satelit Palapa yang dikelola Pemerintah, maka dalam waktu dekat akan
diluncurkan satelit INDOSTAR milik swasta nasional. Di samping itu,
pemerintah telah memberi izin baru pengoperasian enam pemancar televisi
swasta. Taraf hidup masyarakat akan terus meningkat, apabila tahun
1991 terdapat 9.121.000 pesawat televisi yang terdaftar, 54.400 pesawat
televisi umum, 12.000 antena parabola, tentu pada tahun-tahun mendatang akan terus
meningkat.
Oleh karena itu, kehadiran televisi
sebagai sarana informasi, hiburan dan pendidikan harus mampu ikut serta
membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat
Indonesia dengan mencerdaskan kehidupan bangsa meningkatkan harkat martabat
bangsa sejajar dengan bangsa-bangsa yang telah maju.
Televisi
Mengubah Kehidupan Manusia Sehari-hari
Televisi telah dituduh menjadi
penyebab penururnan kemampuan membaca dan meningkatnya kejahatan pada politik
nasional. Sesekali televisi dipuji juga untuk memberikan akses cepat kepada
para khalayak akan peristiwa dunia yang menyatukan penonton pada saat krisis
nasional. Seseorang yang sedang menonton
televisi tidak melakukan hal yang lain; seperti main basket, mengunjungi sebuah
museum, atau mengamati planet lewat teropong bintang. Akan tetapi, televisi dapat
membawa kita ke museum yang tidak akan kita kunjungi, ke pertandingan basket
yang tidak akan dapat kita hadiri dan mengunjungi permukaan planet yang hanya
dapat dilihat melalui teropong.
Teknologi televisi menyatukan
suara radio dengan gambar, benar-benar mengubah cara hidup dan cara belajar
orang-orang Amerika. Sebagai penonton, anda tidak mengerti bagaimana itu
terjadi bahkan mungkin kita tidak peduli. Apa yang anda ketahui adalah televisi
memberikan beragam program.
Menurut komentator televisi
Jeff Greenfield, “banyak sekali orang yang salah persepsi melihat apakah produk
televisi itu. Stasiun televisi dan penyiar tidak mengahsilkan uang dengan
menayangkan siaran yang diputar. Hasil uang tersebut berasal dari penjualan
iklan pada saat siaran. Inti siaran adalah untuk meraup penonton terbanyak.
Radio
Visual menjadi Televisi
Penemuan
teknologi yang berdampak besar untuk pertama kalinya mengirim gambar disebut,
Nipkow Disk. John Nipkow baru berusia 24 tahun ketika ia mematenkan “teropong
elektrik” di Jerman pada tahun 1884. Disk inilah yang menjadi basis
perkembangan telvisi dalam era tahun 1920-an, berukuran sebesar priringan
Phonograph yang dipenuhi dengan lubang-lubang kecil. Tidak kalah pentingnya
dalam perkembangan televisi (dan radio) kontribusi Guglielmo Marconi dan Lee de
Forest. Marconi mengeliminasi keterbatasan Suara lewat kabel.De Forest
membantu dengan tabung audion, yang menjernihkan gelombang radio agar suara
dapat didengar dengan jelas. Vladimir Zworykin mengembang sebuah system
elektronik untuk mrngubah gambar visual menjadi sinyal elektronik yang
menggunakan media udara pada saat ia masih bekerja Westinghouse. Pada saat
sinyal mencapai pesawat televisi sinyal tersebut diubah menjadi gambar visual
yang dapat dilihat oleh penonton.
Philo
T. Farnsworth, yang bekerja sendiri di California, menciptakan tabung sinar
katoda Tabung ini menggunakan pemindai elektronik untuk menghasilkan Produksi
gambar elektronik yang lebih tajam dari alat pemindai mekanis Nipkow. NBC
meniarkan iklan perdananya saat World’s fair di New York pada tahun 1939.
Televisi Melaju Pesat Melewati
Radio
Pada awal tahun 1949, radio
memiliki 81 persen pendengar. Pada akhir tahun, televisi merebut 41 persen dari
radio. Saat masyarakat dapat melihat dan mendengar secara langsung peristiw
yang ada jelas terlihat bahwa televisi jauh lebih berada di atas.Rating
memberikan sponsor informasi tentang penonton yang mereka capai dengan iklan.
Pada akhir tahun 1950-an, Perusahaan A.C Nielsen mendominasi bisinis rating
televisi. Rating Nielsen nasional menggambarkan penonton ke pengiklan; menurut
Nielsen, pengiklan mambayar untuk waktu komersial agar mencapai jumlah penonton
yang mereka inginkan.
Rating adalah presentase dari total
jumlah rumah tangga yang memiliki televisi. Share membandingkan penonton untuk
satu pertunjukkan dengan penonton lain. Share berarti presentase penonton
dengan TV set dihidupkan yang mengawasi setiap program. Sweeps adalah
bulan-bulan saat jasa rating mengumpulkan rating yang paling penting, sehingga
jaringan dan stasiun lokal sering menggunakan bulan-bulan penting untuk
menampilkan program terbaik mereka. Mengukur penonton : apakah arti rating TV
Hubungan pengaruh televisi terhadap perilaku anak dan pemuda.
Dalam psikologi perkembangan, pemuda
dan remaja pada usia 12 sampai dengan 18 tahun berada dalam masa yang
sulit. Mereka berada dalam kondisi yang labil. Selama
masa perkembangan, para pemuda dan remaja menghadapi berbagai masalah, yakni
masalah biologis, psikologis dan sosiologis. Kehidupan anak-anak dan pemuda
tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dalam pembentukan jati dirinya.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah
sejauh mana pengaruh televisi terhadap perilaku anak-anak dan
pemuda. Beberapa ahli telah menyimpulkan bahwa pengaruh televisi
pada anak-anak meliputi: 1) dampak fisik; 2) dampak emosional; 3)
dampak kognitif dan 4) dampak tingkah laku. Mereka berusaha
membentuk gambaran dari lingkungannya, sebagaimana mereka membentuk citra jati
dirinya sendiri. Sebenarnya media masa termasuk televisi secara langsung tidak
mengubah pendapat atau sikap, kecuali jika pihak yang bersangkutan sudah
memiliki unsur untuk perubahan itu. Pada dasarnya setiap orang yang berhadapan
dengan media masa mempunyai unsur perubahan, yaitu persepsi, sikap datu
pendirian yang mungkin berubah. Unsur perubahan ini terbentuk karena
pengaruh interaksi dengan lingkungannya, sehingga orang yang mempunyai selera
musik pop misalnya, tidak berminat mendengarkan musik jazz atau keroncong.
Perubahan sebagai akibat dari
pengaruh media massa hanya terjadi bila orang memang sudah mempunyai
kecenderungan untuk berubah. Televisi ini merupakan jendela terhadap
dunia. Segala sesuatu yang kita lihat melalui jendela itu membantu
menciptakan gambar di dalam jiwa. Gambar inilah yang membentuk
bagian penting cara seseorang belajar dan mengadakan persepsi
diri. Apa yang kita peroleh melalui pengamatan pada jendela itu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu lama waktu menonton dan mengikuti
siaran, usia, kemampuan khusus seseorang dan keadaan seseorang pada waktu itu. Siaran
televisi dapat menyamakan dan meratakan jurang kesempatan dalam pengalaman dan
pengetahuan antara masyarakat yang tinggal di kota dan di desa, antara
masyarakat yang tidak atau kurang terdidik dan yang cukup terdidik, antara
penonton yang putus sekolah dan yang berkesempatan menyelesaikan atau
melanjutkan sekolahnya. Kepada mereka semua, televisi secara
potensial memberikan dampak yang relatif sama.
Televisi sebagai salah satu
lingkungan bagi seorang berperan dalam pembetukan kepribadian
anak. Proses terbentuknya suatu kepribadian tertentu bisa dilihat
dari beberapa hal, pertama yaitu proses pembiasaan. Seorang anak
melihat suatu tingkah laku yang sering ditampilkan secara berulang-ulang.
Tingkah laku tersebut akan menjadi lazim baginya. Dengan demikian,
televisi bisa merupakan suatu lingkungan yang membentuk kebiasaan
perilaku. Apabila dalam siaran televisi ditayangkan model kekerasan
atau pornografi secara berulang-ulang, tingkah laku tersebut lambat laun bisa
menjadi bagian dari perilaku anak. Oleh karena itu, agar televisi
berpengaruh positif pada pembentukan kebiasaan hendaknya televisi banyak
menayangkan acara dengan model perilaku yang positif atau memperkuat perilaku
anak yang sedang pada tahap pembentukan. Bentuk lain peran televisi dalam
pembentukan kepribadian anak adalah dalam proses dan
peniruan. Pengaruh proses ini terhadap seseorang berlangsung secara
perlahan-lahan.
Pengaruh
televisi terhadap perubahan perilaku seseorang.
Beberapa penelitian yang dilakukan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Penerangan dalam konteks
pertelevisian di Indonesia memberikan gambaran sebagai berikut: 1)
tingkat efektivitas televisi rendah dibanding dengan media cetak; 2) acara TV
tidak selalu mendorong para remaja untuk mendiskusikan apa yang diketengahkan
dalam siaran televisi dengan orang tua mereka, guru, teman atau saudara-saudara
mereka; 3) para remaja umumnya menilai siaran TVRI belum menuhi kebutuhan
kelompoknya, dan mereka menghendaki agar mutu siaran ditingkatkan. Penelitian
lain menyangkut siaran TVRI memberikan hasil sebagai berikut: 1) kehadiran
televisi umumnya dapat diterima oleh masyarakat luas termasuk di daerah
pedesaan, 2) televisi telah merupakan aspirasi dari masyarakat, 3) umumnya
masyarakat desa masih kurang merasakan kebutuhan akan pentingnya informasi,
tetapi lebih pada kebutuhan akan hiburan. Karena kebanyakan mereka
mempunyai latar belakang pendidikan yang sederhana atau rendah, mereka
mempunyai kesulitan dalam mencerna bahasa yang dipakai dalam
siaran. Mereka mempunyai kerangka pemikiran yang berbeda dengan
orang kota dan pengelola siaran. Faktor ini menghambat pemahaman isi
pesan yang disiarkan dan tujuan komunikasi yang hendak dicapai; 4) televisi
merupakan media hiburan yang tak ada saingannya berkat cirinya yang pandang
dengar, dan relatif selalu tersedia serta teratur dapat ditonton; 5) untuk
sebagian orang, siaran televisi memberikan rangsangan ingin tahu terhadap
hal-hal baru serta hasil perkembangan yang mereka saksikan.
Televisi sebagai salah satu media
masa, peranan dan pemanfaatannya ditentukan oleh bagaimana interaksi media itu
sendiri dengan masyarakat yang bersangkutan. Televisi bukanlah media
yang pasif, tetapi semakin disadari peranan aktif yang dimainkan oleh televisi,
bukan televisi mempunyai fungsi pembudayaan.
Film-film, radio, berita televisi
telah membentuk citra khalayak tentang realitas sosial, pada tahap berikutnya
dapat mempengaruhi norma-norma bahkan perilaku
khalayak. Baik-buruknya pengaruh yang terbentuk pada khalayak ramai
ditentukan oleh dua hal, yaitu karakteristik realitas sosial yang disajikan dan
kemampuan khalayak ramai dalam menyeleksi siaran televisi. Apabila tidak
dikelola secara benar dan hati-hati akan membawa dampak yang justru negatif
bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Tayangan film di televisi
yang menggambarkan kekerasan, sadisme, dan adegan-adegan yang memberi
rangsangan imajinasi penonton kian hari kian meningkat. Sebagai contoh
film serial Miami Vice, Paradise, film-film Kung Fu
Cina/Hongkong, dan lainnya. Anak usia 5-13 tahun merupakan kelompok
masyarakat yang paling peka sekaligus paling tanggap menangkap pesan-pesan
kekerasan tersebut. Pesan kekerasan tersebut akan sangat mudah
terekam dalam pikiran mereka, dan pesan-pesan kekerasan itu menjadi potensial
besar bagi perilaku yang mengarah ke tindakan kekerasan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan selama 20 tahun terhadap sekelompok anak-anak, psikolog Leonard Eron
dan L. Rowell Huesmann dari Universitas Illinois menyimpulkan bahwa anak-anak
yang pernah menonton film kekerasan dalam jumlah cukup, cenderung akan
melakukan tindakan kekerasan maupun kriminal pada usia muda. Bukan
itu saja, di saat mereka dewasa pun mereka cenderung melakukan tindakan
penganiayaan terhadap anak atau pasangan hidup mereka. Suguhan
kekerasan pada perilaku agresif, tindak kejahatan dan kriminalitas dalam
masyarakat. Semua anak dalam periode usia yang peka akan terkena
dampaknya tanpa memandang jenis kelamin, tingkat intelegensi, maupun kelas
sosial.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah
sejauh mana pendidikan nasional mampu menumbuhkan dan menciptakan iklim
sehingga para peserta didik senantiasa dapat mengatasi pengaruh negatif dari
kehadiran berbagai siaran televisi tersebut. Di damping itu, sejauh
mana pendidikan nasional dapat mengambil peranan aktif menciptakan kehadiran
televisi sebagai media informasi yang positif sehingga berfungsi memberi
program-program yang bersifat mendidik? Beberapa studi menemukan bahwa televisi
sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar, terutama menyangkut perubahan
ke arah yang lebih baik. Sebuah penelitian di negara lain menyatakan
bahwa peserta didik yang menonton 30 episode acara pendidikan mampu menjawab
ujian pemecahan soal jauh lebih baik daripada rekan mereka yang tidak menonton
acara tersebut. Kenyataan ini harus diperhitungkan dalam
penyelenggaraan pendidikan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak, Pertama seseorang
mempunyai tingkah laku atau akhlak, karena adanya pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak
anak yaitu:
1. Faktor keturunan/keluarga, merupakan pendidikan yang utama
bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si
anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak
dan karakter anak-anaknya. Pepatah mengatakan “Guru kencing berdiri murid
kencing berlari.”
Nabi Muhammad SAW menjelaskan:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِيْهِ اَوْيُنَصِّرَانِيْهِ اَوْيُمَجِّسَانِيْهِ
Artinya: “Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan suci atau fitrah tergantung kedua orang tuanya mau dijadikan
Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Didikan dan bimbingan dalam keluarga secara langsung banyak
memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya. Dan
secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah maupun ibu)
terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan dan
perkembangan kematangan hidupnya.
2. Faktor lingkungan/pergaulan, mempengaruhi akhlak seseorang di
samping faktor keturunan dan juga faktor lingkungan, dari faktor kedua ini
faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan
pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu
bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya
dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang tambalan.
اَلصَّاحِبُ رَقْعَةٌ فِيْ قَمِيْسِكَ فَانْظُرْبِمَاتَرْقَعُهُ (الحديث)
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang tambalan.
اَلصَّاحِبُ رَقْعَةٌ فِيْ قَمِيْسِكَ فَانْظُرْبِمَاتَرْقَعُهُ (الحديث)
Artinya: “Teman itu bagaikan barang
tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah dengan apa kamu menambalnya.”
Maksud hadits di atas, seseorang harus mampu dengan
mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang senantiasa memberikan suatu
kebaikan pada kita dalam hidup dan kehidupan.
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait
syairnya;
مَنْ اَسَرَ اْلأَسْرَفَ اَسَى مُشَرَفًاوَمُسَرَلأََنْجَلِ خَيْرُ
مُشَرَفٍ اَوَلَمْ تَرَالْجَلْدَ الْعَفِّرَ مُغَبَلاً بِصَفْرٍ لَمَّاصَرَجِلْدَ الْمُسْحَقْ
Artinya:
“Siapa yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang
berteman dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat kata
syufi betapa kulit kambing yang hina dicium orang ketika kambing berteman
dengan al-qur’an) jadi kantong (Qur’an) tapi kulit kambing yang berteman dengan
kayu (dijadikan bedug) tiap waktu sholat orang memukulnya.”
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Akhlak Anak, televisi
dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia walaupun hanya
berbentuk sebuah kotak elektronik yang sederhana yang mampu secara efektif berperan
sebagai media massa dalam berbagai informasi dengan gambar hidup,
berwarna-warni dan bergerak. Sehingga dapat memikat, membius dan menggiring
seluruh perhatian para pemirsanya itulah sebabnya, sebagian besar pemirsa
menganggap bahwa informasi apa saja yang ditayangkan televisi adalah benar, apa
saja yang disajikan oleh televisi adalah baik. Sehingga mereka memutuskan bahwa
televisi merupakan satu-satunya sumber dan pusat informasi yang benar, baik dan
akurat, bahkan televisi dianggap sebagai guru yang wajib diturut dan diikuti,
alat yang paling efisien dan efektif untuk mengenal mempelajari dan mendapatkan
berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini ketimbang berbagai buku bacaan yang
dianggap menyita waktu.
Dari sekian banyak program acara yang disajikan televisi,
kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonnya setelah atau pada waktu melihat
tayangan televisi. Banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang
disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga hal ini
baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonnya
ke arah positif atau ke arah negatif. Sehingga ada dua pengaruh tayangan
televisi terhadap akhlak anak yaitu:
1) Pengaruh yang bersifat positif, televisi dapat memberikan
pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang menyaksikan program acara atau
tayangan televisi. Adapun pengaruhnya yang bersifat positif sebagai berikut:
a. Adanya sinetron yang bernafaskan keagamaan seperti: rahasia
ilahi, kuasa ilahi, dan lain sebagainya.
b. Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau
pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.
2) Pengaruh yang bersifat negatif, tayangan televisi tidak hanya
memberikan pengaruh yang positif saja tetapi acara televisi lebih banyak
memberikan pengaruh yang negatif kepada sikap para pemirsanya setelah atau pada
waktu melihat tayangan televisi, sehingga akan mempengaruhi akhlak penonton ke
arah negatif. Adapun pengaruhnya tayangan televisi yang bersifat negatif
sebagai berikut:
a. Sering menonton televisi akan melalaikan tugas dan kewajiban
bagi para pemirsa.
b. Sering menonton televisi akan mempengaruhi dan menurunkan
prestasi belajar murid.
c. Anak-anak cenderung lebih menyukai tayangan yang bernuansakan
kekerasan.
d.
Setelah menonton
tayangan televisi mereka suka meniru apa yang telah mereka tonton
Pengaruh Menonton Televisi terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik
Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
anak-anak usia 5 hingga 11 tahun yang banyak menonton televisi, kurang memiliki
motivasi belajar. Mereka yang duduk di sekolah lanjutan yang hanya
menonton televisi paling lama satu jam sehari, nilai ujian sekolahnya lebih
tinggi tujuh persen daripada temannya yang menonton televisi empat atau tujuh
jam sehari.Kebiasaan menonton televisi dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan anak pasif dan kehilangan kegiatan yang aktif sehingga mereka
enggan membaca buku. Akibatnya kemapanan mereka menciptakan, berfikir,
menduga dan merencanakan suatu tidak akan berkembang. Televisi yang
sebenarnya memperluas pengetahuan anak-anak juga berpengaruh terhadap
perkembangan emosi. Walaupun harus diakui bahwa televisi telah menjadi
sarana pengganti sejumlah kegiatan waktu luang yang mulanya dilakukan anak-anak
seperti membaca, atau melakukan tugas rumah tangga.
Berapa lama waktu yang paling baik digunakan anak untuk
menonton televise, sekedar memberi gambaran bahwa ada pengaruh yang cukup
signifikan antara banyaknya waktu menonton televisi dengan tingkah laku
motivasi belajar peserta didik. Sedangkan pengaruhnya terhadap
prestasi belajar, menurut hasil penelitian tersebut berbeda sekitar tujuh
persen antara mereka yang menonton paling lama satu jam sehari dengan peserta
didik yang menonton lebih dari empat jam sehari, sehingga belum memperlihatkan
tingkat signifikansi yang berarti.
Sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, maka peranan keluarga harus terus
ditingkatkan dalam menciptakan suasana yang mendukung terwujudnya tujuan
pendidikan nasional. Peran sekolah melalui bimbingan dan penyuluhan dapat
dipergunakan dan ditingkatkan untuk memberikan pengertian dan kesadaran akan
pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan untuk dapat menguasai
teknologi. Menciptakan suatu kondisi dan rangsangan agar peserta
didik gemar belajar dan dapat menentukan sikap selektif dalam mengisi
waktu-waktu luangnya. Peran ekstra kurikuler merupakan alternatif pilihan lain
yang dapat ditentukan oleh sekolah, misalnya kegiatan pramuka, kesenian, olah
raga, karya ilmiah remaja.
DAMPAK
SOSIAL TERHADAP POLA HIDUP KELUARGA
Dampak sosial telah digambarkan di
atas secara sadar dan penuh tanggung jawab harus dapat dibendung secara
dini. Program-program acara televisi hendaknya dapat diseleksi
secara ketat, tetapi tidak mematikan perkembangan kreativitas
anak. Sedangkan untuk pita rekaman, laser disk, dan disket komputer,
harus dilakukan cegah tangkal secara dini oleh instansi yang
berkepentingan. Walaupun disadari sepenuhnya bahwa di manapun
peserta didik berada mereka tidak akan terlepas dari pengaruh negatif
lingkungan.
Dampak
Bagi Anak-anak
Sejak akhir 1990-an, semakin banyak
orang tua yang mengizinkan bayinya menonton televisi seiring dengan semakin
banyaknya produk DVD yang diiklankan dapat membantu
perkembangan bahasa dan kognitif bayi. Namun demikian, tidak ada penelitian
yang menunjukkan bahwa menonton televisi sejak usia dini dapat meningkatkan
perkembangan berbahasa anak. Sebaliknya, bukti ilmiah menunjukkan bahwa bayi yang
menonton DVD semacam itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih rendah. Selain
itu, bila kemampuan anak mengenal huruf dan angka diukur pada usia sekolah,
anak yang menonton televisi sebelum berusia 3 tahun memiliki skor yang lebih
rendah daripada anak yang tidak menonton televisi sebelum berusia 3 tahun.
Demikian pula, semakin banyak anak menonton televisi sebelum usia 3 tahun, semakin
tinggi kemungkinannya mengalami masalah perhatian pada usia 7 tahun.
Menonton acara televisi yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak usia prasekolah. Acara televisi yang paling banyak diteliti ialah Sesama Street yang menunjukkan efek positif untuk
pembelajaran bahasa bila ditonton anak usia 3–5 tahun. Sebagai perbandingan,
penelitian menunjukkan bahwa acara televisi tanpa maksud pendidikan seperti film kartun pada umumnya tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa. Setelah
remaja, anak-anak yang pada usia prasekolah biasa menonton Sesame Street ternyata meraih nilai pelajaran yang
lebih tinggi, lebih banyak membaca buku, dan lebih bermotivasi untuk meraih
prestasi dibandingkan dengan remaja yang pada saat berusia prasekolah tidak
menonton acara tersebut. Melalui televisi, anak-anak dan remaja juga dapat belajar mengenai perilaku
antikekerasan, empati, toleransi kepada orang dari ras atau etnis lain, dan
rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Informasi mendidik juga dapat diselipkan
dalam program yang populer bagi remaja, misalnya pendidikan mengenai kontrasepsi yang
berhasil dilakukan melalui salah satu episode serial televisi Amerika Serikat.
Menonton televisi juga berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak-anak
dan remaja, seperti perilaku agresif, penyalahgunaan zat, aktivitas seksual
yang berisiko, obesitas, gangguan pola makan, dan menurunnya prestasi di
sekolah. Bila di dalam kamar anak terdapat televisi, risiko anak mengalami
kelebihan berat badan dan kemungkinan anak merokok meningkat, anak menjadi kurang membaca
dan melakukan hobi lainnya, serta waktu tidur anak berkurang.
Dampak Bagi Kesehatan
Karena berkaitan dengan perilaku
menetap (sedentary behavior) seperti duduk dan berbaring dalam waktu
lama tanpa mengeluarkan energi, terlalu banyak menonton televisi ditengarai
berdampak negatif bagi kesehatan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
menonton televisi dalam waktu lama berasosiasi dengan indeks
massa tubuh yang lebih tinggi,
tingkat kebugaran yang lebih rendah, dan tingkat kolesterol darah yang lebih tinggi. Semakin banyak seseorang menonton televisi pada
saat masih anak-anak, semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami obesitas pada saat dewasa. Menonton
televisi dan perilaku menetap lainnya juga berasosiasi dengan semakin tingginya
risiko kanker kolorektal, endometrial, ovarium, dan prostat serta risiko penyakit kardiovaskular.
DAFTAR PUSTAKA
·
Mansur, awadl, Dr.
(1993). Manfaat Dan Mudarat Televisi, Fikahati Anska, Jakarta
·
Chen, Milton. (2005).
Mendampingi Anak Menonton Telivisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
·
Amin, Ahmad, (1968).
Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.
·
Umary, Barmawie, Drs.
(1966), Materia akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar