Selamat Membaca

Keindahan selalu ada jika kita mau memperhatikan

Minggu, 03 Juni 2012

Radio dan Televisi Mengubah Pola Hidup


Nama : Rica Yolanda
NIM : 1209406052
Jurusan : Ilmu Komunikasi Prodi Hubungan Masyarakat
Semester/Kelas : VI/Humas B
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kemajuan teknologi, telah memperlancar komunikasi di seluruh penjuru dunia dan seluruh pelosok tanah air Indonesia.  Dengan perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, terutama dalam kurun waktu dua dasa warsa belakangan ini, tidak ada satu bangsapun yang terasing dari pergaulan antar bangsa melalui media elektronika, media cetak maupun film. 
Radio dan televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan. Televisi adalah salah satu media visual dan auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas.  Mengingat sifatnya yang terrbuka, cakupan pemirsanya tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.  Luasnya jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya, mejadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap perkembangan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota masyarakat serta perubahan system dan tata nilai yang ada.
Sekarang selain media televisi yang dikelola oleh pemerintah, masyarakat dapat juga menyaksikan siaran televisi yang dikelola swasta.  Disamping itu, sebagain masyarakat yang memiliki antena parabola dapat menikmati siaran televisi dari luar negeri.  Masing-masing jenis media televisi tersebut di atas mempunyai tujuan dan isi siaran yang berbeda, sesuai dengan misi masing-masing pengelola dengan sasaran kelompok-kelompok pemirsa yang berbeda-beda pula.
Teknologi ini telah sedemikian pesat perkembangannya sehinga mampu menghasilkan gambar dan suara yang prima menjadikannya sebagai barang komoditi yang disukai.  Ini terbukti dengan banyaknya palwa (video rental) tersebar di seluruh wilayah tanah air sampai pada tingkat kecamatan.
Besarnya dampak media televisi terhadap perubahan pembentukan pribadi anak bangsa pada umumnya, maka tujuan dan isi program yang ditayangkan hendaknya benar-benar mengandung misi untuk mengantarkan masyarakat Indonesia ke suatu sistem nilai yang kondusif terhadap pengembangan watak dan tatanan hidup masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
RADIO DAN TELEVISI
Cikal bakal televisi lebih dahulu ditemukan dari pada radio, pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie Baird (1888-1946) dan Charles Francis Jenkins(1867- 1934) menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube). Sedang untuk radio pertama kali digunakan adalah tentara angkatan laut jepang yg memata-matai armada rusia pada saat perang Tsushima pada tahun 1901 dan paling dikenang adalah penggunaan radio saat tenggelamnya Titanic tahun 1912.
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik (bahasa Inggris: A dynamical theory of the electromagnetic field), berdasarkan hasil kerja penelitiannya antara 1861 dan 1865.
Radio adalah perangkat elektronik pertama yg dipunyai keluarga saya, tahun 1991-an bisa beli Radio FM/AM/SW merk National dengan sumber power masih Batre ABC karena belum ada catu daya listrik didaerah transmigrasi waktu itu.
Radio
Pada waktu radio pertama kali mengudara, yaitu di tahun 1920-an, belum banyak orang yang mempunyai pesawat penerima siaran radio. Mendengarkan radio merupakan suatu kegiatan komunitas, dimana orang mendengarkan radio bersama para tetangga, teman dan sanak keluarga, di rumah seseorang yang beruntung telah mempunyai pesawat radio. Mereka akan berkumpul bersama mengelilingi radio untuk mendengarkan program-program yang disiarkan. Saat itu radio layaknya bagai televisi saat ini, dimana orang mendengarkannya sambil memandangi pesawat, tanpa melakukan kegiatan lain. Hingga tahun 1950-an, radio merupakan salah satu sumber informasi utama yang memberi dampak lebih besar dibandingkan dengan koran. Kekalahan Hitler di Eropa juga merupakan dampak dari siaran propaganda radio sekutu yang dipelopori AS (Warren, 1992: 21). 
Sebagai media utama, radio hanya menyiarkan koleksi program-program berdurasi pendek seperti program-program berdurasi 5, 10, 15 menit dan features mingguan berdurasi 30 atau 60 menit. Program komedi dan drama sangat disukai oleh pendengar. Saat itu bioskop juga merupakan media informasi utama berbentuk audio-visual. Tetapi karena bioskop membutuhkan kehadiran orang ke gedung bioskop, sejumlah uang dan waktu khusus untuk menikmatinya, radio menjadi lebih populer (Warren, 1992: 22).
Pada saat teknologi televisi muncul, yaitu pada akhir 1940-an dan meledak pada tahun 1950-an, sedangkan di Indonesia pada tahun 1962,  kedudukan radio mulai sedikit demi sedikit digantikan oleh televisi.
Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital. Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial. Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad 20 dan 21. Pada tahun 2010, iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya adalah Facebook dan Twitter.

Penyiaran Konten Televisi
Terdapat berbagai cara untuk menyiarkan konten TV yang dapat disiarkan untuk umum. Setelah diproduksi, langkah selanjutnya adalah memasarkan dan menjualnya kepada pasar manapun yang ingin membelinya. Hal ini secara tipikal terbagi dalam dua tingkatan:
1.     Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana — sebuah badan produksi menghasilkan acara yang terdiri dari satu atau beberapa episode yang kemudian ditayangkan dalam sebuah stasiun atau jaringan televisi yang telah membayar untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima lisensi acara tersebut dari produser aslinya.
2.     Sindikasi penyiaran — istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan acara selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja mengatur tayangan lanjutan di negara yang sama (dengan tayang perdananya), tetapi juga penggunaan internasional yang mungkin sudah tidak lagi diurus dan berhubungan oleh produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain (stasiun televisi ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata lain, mereka hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal dengan adanya kontrak dengan pemegang hak cipta, pada umumnya adalah produser.
Perkembangan pertelevisian di Indonesia
Dengan kebijakan politik yang cenderung menganut open sky policy, arus informasi melalui komunikasi satelit yang masuk ke Indonesia akan terus meningkat.  Kenyataan ini sangat  beralasan karena kemajuan teknologi satelit akan mengalami perkembangan yang pesat. Sebagai contoh, dalam waktu satu dua tahun ini akan ada satelit generasi baru yang mampu memancarkan empat saluan televisi dari sebuah televisi transponder (Palapa mampu memancarkan saluran televisi dari sebuah transponder).
Ditinjau dari kemampuan ekonomi, masyarakat Indonesia akan terus bergerak maju.  Apabila sekarang ini baru memiliki satelit Palapa yang dikelola Pemerintah, maka dalam waktu dekat akan diluncurkan satelit INDOSTAR milik swasta nasional.  Di samping itu, pemerintah telah memberi izin baru pengoperasian enam pemancar televisi swasta.  Taraf hidup masyarakat akan terus meningkat, apabila tahun 1991 terdapat 9.121.000 pesawat televisi yang terdaftar, 54.400 pesawat televisi umum, 12.000 antena parabola, tentu pada tahun-tahun mendatang akan terus meningkat.
Oleh karena itu, kehadiran televisi sebagai sarana informasi, hiburan dan pendidikan harus mampu ikut serta membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia dengan mencerdaskan kehidupan bangsa meningkatkan harkat martabat bangsa sejajar dengan bangsa-bangsa yang telah maju.
Televisi Mengubah Kehidupan Manusia Sehari-hari
Televisi telah dituduh menjadi penyebab penururnan kemampuan membaca dan meningkatnya kejahatan pada politik nasional. Sesekali televisi dipuji juga untuk memberikan akses cepat kepada para khalayak akan peristiwa dunia yang menyatukan penonton pada saat krisis nasional. Seseorang yang sedang menonton televisi tidak melakukan hal yang lain; seperti main basket, mengunjungi sebuah museum, atau mengamati planet lewat teropong bintang. Akan  tetapi, televisi dapat membawa kita ke museum yang tidak akan kita kunjungi, ke pertandingan basket yang tidak akan dapat kita hadiri dan mengunjungi permukaan planet yang hanya dapat dilihat melalui teropong.
Teknologi televisi menyatukan suara radio dengan gambar, benar-benar mengubah cara hidup dan cara belajar orang-orang Amerika. Sebagai penonton, anda tidak mengerti bagaimana itu terjadi bahkan mungkin kita tidak peduli. Apa yang anda ketahui adalah televisi memberikan beragam program.
Menurut komentator televisi Jeff Greenfield, “banyak sekali orang yang salah persepsi melihat apakah produk televisi itu. Stasiun televisi dan penyiar tidak mengahsilkan uang dengan menayangkan siaran yang diputar. Hasil uang tersebut berasal dari penjualan iklan pada saat siaran. Inti siaran adalah untuk meraup penonton terbanyak.
Radio Visual menjadi Televisi
Penemuan teknologi yang berdampak besar untuk pertama kalinya mengirim gambar disebut, Nipkow Disk. John Nipkow baru berusia 24 tahun ketika ia mematenkan “teropong elektrik” di Jerman pada tahun 1884. Disk inilah yang menjadi basis perkembangan telvisi dalam era tahun 1920-an, berukuran sebesar priringan Phonograph  yang dipenuhi dengan lubang-lubang kecil. Tidak kalah pentingnya dalam perkembangan televisi (dan radio) kontribusi Guglielmo Marconi dan Lee de Forest. Marconi mengeliminasi keterbatasan Suara lewat kabel.De Forest membantu dengan tabung audion, yang menjernihkan gelombang radio agar suara dapat didengar dengan jelas. Vladimir Zworykin mengembang sebuah system elektronik untuk mrngubah gambar visual menjadi sinyal elektronik yang menggunakan media udara pada saat ia masih bekerja Westinghouse. Pada saat sinyal mencapai pesawat televisi sinyal tersebut diubah menjadi gambar visual yang dapat dilihat oleh penonton.
Philo T. Farnsworth, yang bekerja sendiri di California, menciptakan tabung sinar katoda Tabung ini menggunakan pemindai elektronik untuk menghasilkan Produksi gambar elektronik yang lebih tajam dari alat pemindai mekanis Nipkow. NBC meniarkan iklan perdananya saat World’s fair di New York pada tahun 1939.
Televisi Melaju Pesat Melewati Radio
Pada awal tahun 1949, radio memiliki 81 persen pendengar. Pada akhir tahun, televisi merebut 41 persen dari radio. Saat masyarakat dapat melihat dan mendengar secara langsung peristiw yang ada jelas terlihat bahwa televisi jauh lebih berada di atas.Rating memberikan sponsor informasi tentang penonton yang mereka capai dengan iklan. Pada akhir tahun 1950-an, Perusahaan A.C Nielsen mendominasi bisinis rating televisi. Rating Nielsen nasional menggambarkan penonton ke pengiklan; menurut Nielsen, pengiklan mambayar untuk waktu komersial agar mencapai jumlah penonton yang mereka inginkan.
Rating adalah presentase dari total jumlah rumah tangga yang memiliki televisi. Share membandingkan penonton untuk satu pertunjukkan dengan penonton lain. Share berarti presentase penonton dengan TV set dihidupkan yang mengawasi setiap program. Sweeps adalah bulan-bulan saat jasa rating mengumpulkan rating yang paling penting, sehingga jaringan dan stasiun lokal sering menggunakan bulan-bulan penting untuk menampilkan program terbaik mereka. Mengukur penonton : apakah arti rating TV
Hubungan pengaruh televisi terhadap perilaku anak dan pemuda.
Dalam psikologi perkembangan, pemuda dan remaja pada usia 12 sampai dengan 18 tahun berada dalam masa yang sulit.  Mereka berada dalam kondisi yang labil.  Selama masa perkembangan, para pemuda dan remaja menghadapi berbagai masalah, yakni masalah biologis, psikologis dan sosiologis. Kehidupan anak-anak dan pemuda tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dalam pembentukan jati dirinya.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana pengaruh televisi terhadap perilaku anak-anak dan pemuda.  Beberapa ahli telah menyimpulkan bahwa pengaruh televisi pada anak-anak meliputi:  1) dampak fisik; 2) dampak emosional; 3) dampak kognitif dan 4) dampak tingkah laku.  Mereka berusaha membentuk gambaran dari lingkungannya, sebagaimana mereka membentuk citra jati dirinya sendiri. Sebenarnya media masa termasuk televisi secara langsung tidak mengubah pendapat atau sikap, kecuali jika pihak yang bersangkutan sudah memiliki unsur untuk perubahan itu.  Pada dasarnya setiap orang yang berhadapan dengan media masa mempunyai unsur perubahan, yaitu persepsi, sikap datu pendirian yang mungkin berubah.  Unsur perubahan ini terbentuk karena pengaruh interaksi dengan lingkungannya, sehingga orang yang mempunyai selera musik pop misalnya, tidak berminat mendengarkan musik jazz atau keroncong.
Perubahan sebagai akibat dari pengaruh media massa hanya terjadi bila orang memang sudah mempunyai kecenderungan untuk berubah. Televisi ini merupakan jendela terhadap dunia.  Segala sesuatu yang kita lihat melalui jendela itu membantu menciptakan gambar di dalam jiwa.  Gambar inilah yang membentuk bagian penting cara seseorang belajar dan mengadakan persepsi diri.  Apa yang kita peroleh melalui pengamatan pada jendela itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu lama waktu menonton dan mengikuti siaran, usia, kemampuan khusus seseorang dan keadaan seseorang pada waktu itu. Siaran televisi dapat menyamakan dan meratakan jurang kesempatan dalam pengalaman dan pengetahuan antara masyarakat yang tinggal di kota dan di desa, antara masyarakat yang tidak atau kurang terdidik dan yang cukup terdidik, antara penonton yang putus sekolah dan yang berkesempatan menyelesaikan atau melanjutkan sekolahnya.  Kepada mereka semua, televisi secara potensial memberikan dampak yang relatif sama.
Televisi sebagai salah satu lingkungan bagi seorang berperan dalam pembetukan kepribadian anak.  Proses terbentuknya suatu kepribadian tertentu bisa dilihat dari beberapa hal, pertama yaitu proses pembiasaan.  Seorang anak melihat suatu tingkah laku yang sering ditampilkan secara berulang-ulang. Tingkah laku tersebut akan menjadi lazim baginya.  Dengan demikian, televisi bisa merupakan suatu lingkungan yang membentuk kebiasaan perilaku.  Apabila dalam siaran televisi ditayangkan model kekerasan atau pornografi secara berulang-ulang, tingkah laku tersebut lambat laun bisa menjadi bagian dari perilaku anak.  Oleh karena itu, agar televisi berpengaruh positif pada pembentukan kebiasaan hendaknya televisi banyak menayangkan acara dengan model perilaku yang positif atau memperkuat perilaku anak yang sedang pada tahap pembentukan. Bentuk lain peran televisi dalam pembentukan kepribadian anak adalah dalam proses dan peniruan.  Pengaruh proses ini terhadap seseorang berlangsung secara perlahan-lahan.
Pengaruh televisi terhadap perubahan perilaku seseorang.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Penerangan dalam konteks pertelevisian di Indonesia memberikan gambaran sebagai berikut:  1) tingkat efektivitas televisi rendah dibanding dengan media cetak; 2) acara TV tidak selalu mendorong para remaja untuk mendiskusikan apa yang diketengahkan dalam siaran televisi dengan orang tua mereka, guru, teman atau saudara-saudara mereka; 3) para remaja umumnya menilai siaran TVRI belum menuhi kebutuhan kelompoknya, dan mereka menghendaki agar mutu siaran ditingkatkan. Penelitian lain menyangkut siaran TVRI memberikan hasil sebagai berikut: 1) kehadiran televisi umumnya dapat diterima oleh masyarakat luas termasuk di daerah pedesaan, 2) televisi telah merupakan aspirasi dari masyarakat, 3) umumnya masyarakat desa masih kurang merasakan kebutuhan akan pentingnya informasi, tetapi lebih pada kebutuhan akan hiburan.  Karena kebanyakan mereka mempunyai latar belakang pendidikan yang sederhana atau rendah, mereka mempunyai kesulitan dalam mencerna bahasa yang dipakai dalam siaran.  Mereka mempunyai kerangka pemikiran yang berbeda dengan orang kota dan pengelola siaran.  Faktor ini menghambat pemahaman isi pesan yang disiarkan dan tujuan komunikasi yang hendak dicapai; 4) televisi merupakan media hiburan yang tak ada saingannya berkat cirinya yang pandang dengar, dan relatif selalu tersedia serta teratur dapat ditonton; 5) untuk sebagian orang, siaran televisi memberikan rangsangan ingin tahu terhadap hal-hal baru serta hasil perkembangan yang mereka saksikan.
Televisi sebagai salah satu media masa, peranan dan pemanfaatannya ditentukan oleh bagaimana interaksi media itu sendiri dengan masyarakat yang bersangkutan.  Televisi bukanlah media yang pasif, tetapi semakin disadari peranan aktif yang dimainkan oleh televisi, bukan televisi mempunyai fungsi pembudayaan.
Film-film, radio, berita televisi telah membentuk citra khalayak tentang realitas sosial, pada tahap berikutnya dapat mempengaruhi norma-norma bahkan perilaku khalayak.  Baik-buruknya pengaruh yang terbentuk pada khalayak ramai ditentukan oleh dua hal, yaitu karakteristik realitas sosial yang disajikan dan kemampuan khalayak ramai dalam menyeleksi siaran televisi. Apabila tidak dikelola secara benar dan hati-hati akan membawa dampak yang justru negatif bagi masyarakat, khususnya generasi muda.  Tayangan film di televisi yang menggambarkan kekerasan, sadisme, dan adegan-adegan yang memberi rangsangan imajinasi penonton kian hari kian meningkat. Sebagai contoh film serial Miami ViceParadise, film-film Kung Fu Cina/Hongkong, dan lainnya.  Anak usia 5-13 tahun merupakan kelompok masyarakat yang paling peka sekaligus paling tanggap menangkap pesan-pesan kekerasan tersebut.  Pesan kekerasan tersebut akan sangat mudah terekam dalam pikiran mereka, dan pesan-pesan kekerasan itu menjadi potensial besar bagi perilaku yang mengarah ke tindakan kekerasan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun terhadap sekelompok anak-anak, psikolog Leonard Eron dan L. Rowell Huesmann dari Universitas Illinois menyimpulkan bahwa anak-anak yang pernah menonton film kekerasan dalam jumlah cukup, cenderung akan melakukan tindakan kekerasan maupun kriminal pada usia muda.  Bukan itu saja, di saat mereka dewasa pun mereka cenderung melakukan tindakan penganiayaan terhadap anak atau pasangan hidup mereka.  Suguhan kekerasan pada perilaku agresif, tindak kejahatan dan kriminalitas dalam masyarakat.  Semua anak dalam periode usia yang peka akan terkena dampaknya tanpa memandang jenis kelamin, tingkat intelegensi, maupun kelas sosial.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana pendidikan nasional mampu menumbuhkan dan menciptakan iklim sehingga para peserta didik senantiasa dapat mengatasi pengaruh negatif dari kehadiran berbagai siaran televisi tersebut.  Di damping itu, sejauh mana pendidikan nasional dapat mengambil peranan aktif menciptakan kehadiran televisi sebagai media informasi yang positif sehingga berfungsi memberi program-program yang bersifat mendidik? Beberapa studi menemukan bahwa televisi sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar, terutama menyangkut perubahan ke arah yang lebih baik.  Sebuah penelitian di negara lain menyatakan bahwa peserta didik yang menonton 30 episode acara pendidikan mampu menjawab ujian pemecahan soal jauh lebih baik daripada rekan mereka yang tidak menonton acara tersebut.  Kenyataan ini harus diperhitungkan dalam penyelenggaraan pendidikan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak, Pertama seseorang mempunyai tingkah laku atau akhlak, karena adanya pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak anak yaitu:
1.      Faktor keturunan/keluarga, merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anak-anaknya. Pepatah mengatakan “Guru kencing berdiri murid kencing berlari.”
Nabi Muhammad SAW menjelaskan:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِيْهِ اَوْيُنَصِّرَانِيْهِ اَوْيُمَجِّسَانِيْهِ
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah tergantung kedua orang tuanya mau dijadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Didikan dan bimbingan dalam keluarga secara langsung banyak memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya. Dan secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah maupun ibu) terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan dan perkembangan kematangan hidupnya.
2.      Faktor lingkungan/pergaulan, mempengaruhi akhlak seseorang di samping faktor keturunan dan juga faktor lingkungan, dari faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang tambalan.
اَلصَّاحِبُ رَقْعَةٌ فِيْ قَمِيْسِكَ فَانْظُرْبِمَاتَرْقَعُهُ (الحديث)
Artinya: “Teman itu bagaikan barang tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah dengan apa kamu menambalnya.”
Maksud hadits di atas, seseorang harus mampu dengan mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang senantiasa memberikan suatu kebaikan pada kita dalam hidup dan kehidupan.
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait syairnya;
مَنْ اَسَرَ اْلأَسْرَفَ اَسَى مُشَرَفًاوَمُسَرَلأََنْجَلِ خَيْرُ مُشَرَفٍ اَوَلَمْ تَرَالْجَلْدَ الْعَفِّرَ مُغَبَلاً بِصَفْرٍ لَمَّاصَرَجِلْدَ الْمُسْحَقْ
Artinya: “Siapa yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang berteman dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit kambing yang hina dicium orang ketika kambing berteman dengan al-qur’an) jadi kantong (Qur’an) tapi kulit kambing yang berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap waktu sholat orang memukulnya.”
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Akhlak Anak, televisi dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia walaupun hanya berbentuk sebuah kotak elektronik yang sederhana yang mampu secara efektif berperan sebagai media massa dalam berbagai informasi dengan gambar hidup, berwarna-warni dan bergerak. Sehingga dapat memikat, membius dan menggiring seluruh perhatian para pemirsanya itulah sebabnya, sebagian besar pemirsa menganggap bahwa informasi apa saja yang ditayangkan televisi adalah benar, apa saja yang disajikan oleh televisi adalah baik. Sehingga mereka memutuskan bahwa televisi merupakan satu-satunya sumber dan pusat informasi yang benar, baik dan akurat, bahkan televisi dianggap sebagai guru yang wajib diturut dan diikuti, alat yang paling efisien dan efektif untuk mengenal mempelajari dan mendapatkan berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini ketimbang berbagai buku bacaan yang dianggap menyita waktu.
Dari sekian banyak program acara yang disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi. Banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga hal ini baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonnya ke arah positif atau ke arah negatif. Sehingga ada dua pengaruh tayangan televisi terhadap akhlak anak yaitu:
1)      Pengaruh yang bersifat positif, televisi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang menyaksikan program acara atau tayangan televisi. Adapun pengaruhnya yang bersifat positif sebagai berikut:
a.       Adanya sinetron yang bernafaskan keagamaan seperti: rahasia ilahi, kuasa ilahi, dan lain sebagainya.
b.      Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.
2)      Pengaruh yang bersifat negatif, tayangan televisi tidak hanya memberikan pengaruh yang positif saja tetapi acara televisi lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif kepada sikap para pemirsanya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi, sehingga akan mempengaruhi akhlak penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya tayangan televisi yang bersifat negatif sebagai berikut:
a.       Sering menonton televisi akan melalaikan tugas dan kewajiban bagi para pemirsa.
b.      Sering menonton televisi akan mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid.
c.       Anak-anak cenderung lebih menyukai tayangan yang bernuansakan kekerasan.
d.      Setelah menonton tayangan televisi mereka suka meniru apa yang telah mereka tonton
Pengaruh Menonton Televisi terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik
Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak usia 5 hingga 11 tahun yang banyak menonton televisi, kurang memiliki motivasi belajar.  Mereka yang duduk di sekolah lanjutan yang hanya menonton televisi paling lama satu jam sehari, nilai ujian sekolahnya lebih tinggi tujuh persen daripada temannya yang menonton televisi empat atau tujuh jam sehari.Kebiasaan menonton televisi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan anak pasif dan kehilangan kegiatan yang aktif sehingga mereka enggan membaca buku.  Akibatnya kemapanan mereka menciptakan, berfikir, menduga dan merencanakan suatu tidak akan berkembang.  Televisi yang sebenarnya memperluas pengetahuan anak-anak juga berpengaruh terhadap perkembangan emosi. Walaupun harus diakui bahwa televisi telah menjadi sarana pengganti sejumlah kegiatan waktu luang yang mulanya dilakukan anak-anak seperti membaca, atau melakukan tugas rumah tangga.
Berapa lama waktu yang paling baik digunakan anak untuk menonton televise, sekedar memberi gambaran bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan antara banyaknya waktu menonton televisi dengan tingkah laku motivasi belajar peserta didik.  Sedangkan pengaruhnya terhadap prestasi belajar, menurut hasil penelitian tersebut berbeda sekitar tujuh persen antara mereka yang menonton paling lama satu jam sehari dengan peserta didik yang menonton lebih dari empat jam sehari, sehingga belum memperlihatkan tingkat signifikansi yang berarti.
Sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, maka peranan keluarga harus terus ditingkatkan dalam menciptakan suasana yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Peran sekolah melalui bimbingan dan penyuluhan dapat dipergunakan dan ditingkatkan untuk memberikan pengertian dan kesadaran akan pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan untuk dapat menguasai teknologi.  Menciptakan suatu kondisi dan rangsangan agar peserta didik gemar belajar dan dapat menentukan sikap selektif dalam mengisi waktu-waktu luangnya. Peran ekstra kurikuler merupakan alternatif pilihan lain yang dapat ditentukan oleh sekolah, misalnya kegiatan pramuka, kesenian, olah raga, karya ilmiah remaja.
DAMPAK SOSIAL TERHADAP POLA HIDUP KELUARGA
Dampak sosial telah digambarkan di atas secara sadar dan penuh tanggung jawab harus dapat dibendung secara dini.  Program-program acara televisi hendaknya dapat diseleksi secara ketat, tetapi tidak mematikan perkembangan kreativitas anak.  Sedangkan untuk pita rekaman, laser disk, dan disket komputer, harus dilakukan cegah tangkal secara dini oleh instansi yang berkepentingan.  Walaupun disadari sepenuhnya bahwa di manapun peserta didik berada mereka tidak akan terlepas dari pengaruh negatif lingkungan.
Dampak Bagi Anak-anak
Sejak akhir 1990-an, semakin banyak orang tua yang mengizinkan bayinya menonton televisi seiring dengan semakin banyaknya produk DVD yang diiklankan dapat membantu perkembangan bahasa dan kognitif bayi. Namun demikian, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa menonton televisi sejak usia dini dapat meningkatkan perkembangan berbahasa anak. Sebaliknya, bukti ilmiah menunjukkan bahwa bayi yang menonton DVD semacam itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih rendah. Selain itu, bila kemampuan anak mengenal huruf dan angka diukur pada usia sekolah, anak yang menonton televisi sebelum berusia 3 tahun memiliki skor yang lebih rendah daripada anak yang tidak menonton televisi sebelum berusia 3 tahun. Demikian pula, semakin banyak anak menonton televisi sebelum usia 3 tahun, semakin tinggi kemungkinannya mengalami masalah perhatian pada usia 7 tahun.
Menonton acara televisi yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia prasekolah. Acara televisi yang paling banyak diteliti ialah Sesama Street yang menunjukkan efek positif untuk pembelajaran bahasa bila ditonton anak usia 3–5 tahun. Sebagai perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa acara televisi tanpa maksud pendidikan seperti film kartun pada umumnya tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa. Setelah remaja, anak-anak yang pada usia prasekolah biasa menonton Sesame Street ternyata meraih nilai pelajaran yang lebih tinggi, lebih banyak membaca buku, dan lebih bermotivasi untuk meraih prestasi dibandingkan dengan remaja yang pada saat berusia prasekolah tidak menonton acara tersebut. Melalui televisi, anak-anak dan remaja juga dapat belajar mengenai perilaku antikekerasan, empati, toleransi kepada orang dari ras atau etnis lain, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Informasi mendidik juga dapat diselipkan dalam program yang populer bagi remaja, misalnya pendidikan mengenai kontrasepsi yang berhasil dilakukan melalui salah satu episode serial televisi Amerika Serikat.
Menonton televisi juga berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak-anak dan remaja, seperti perilaku agresif, penyalahgunaan zat, aktivitas seksual yang berisiko, obesitas, gangguan pola makan, dan menurunnya prestasi di sekolah. Bila di dalam kamar anak terdapat televisi, risiko anak mengalami kelebihan berat badan dan kemungkinan anak merokok meningkat, anak menjadi kurang membaca dan melakukan hobi lainnya, serta waktu tidur anak berkurang.
Dampak Bagi Kesehatan
Karena berkaitan dengan perilaku menetap (sedentary behavior) seperti duduk dan berbaring dalam waktu lama tanpa mengeluarkan energi, terlalu banyak menonton televisi ditengarai berdampak negatif bagi kesehatan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa menonton televisi dalam waktu lama berasosiasi dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, tingkat kebugaran yang lebih rendah, dan tingkat kolesterol darah yang lebih tinggi. Semakin banyak seseorang menonton televisi pada saat masih anak-anak, semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami obesitas pada saat dewasa. Menonton televisi dan perilaku menetap lainnya juga berasosiasi dengan semakin tingginya risiko kanker kolorektal, endometrial, ovarium, dan prostat serta risiko penyakit kardiovaskular.

DAFTAR PUSTAKA
·         Mansur, awadl, Dr. (1993). Manfaat Dan Mudarat Televisi, Fikahati Anska, Jakarta
·         Chen, Milton. (2005). Mendampingi Anak Menonton Telivisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
·         Amin, Ahmad, (1968). Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.
·         Umary, Barmawie, Drs. (1966), Materia akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar