BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Ditengah gencar dan semangatnya Pemerintah dalam
membangun infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian daerah di seluruh
Nusantara, kita dikejutkan dengan runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegra yang
menghubungkan Samarinda dan Tenggarong di Kalimantan Timur. Jembatan yang mulai
dibangun tahun 1995 dan mulai dioperasikan tahun 2001 tersebut runtuh sehingga
mengakibatkan korban jiwa, korban luka, dan korban materiil yang tidak sedikit.
Ditengarai ada pergeseran
badan jalan di jembatan Mahakam II Kutai Kartanegara (Kukar). Jembatan Mahakam
II merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Jembatan Kartanegara
merupakan jembatan kedua yang dibangun melintasi Sungai Mahakam setelah
Jembatan Mahakam di Samarinda dan dikenal sebagai Golden Gate-nya
Kalimantan karena menyerupai jembatan di San Fransisco, Amerika
Serikat. Jembatan ini juga merupakan akses menuju Samarinda ataupun sebaliknya
yang dapat ditempuh hanya sekitar 30 menit. Melewati Jembatan Kutai Kartanegara
ada pemandangan menarik yang dapat disaksikan, yaitu hamparan sebuah pulau kecil yaitu Pulau Kumala, sebuah pulau yang telah
disulap menjadi Kawasan Wisata Rekreasi yang banyak diminati oleh wisatawan
Nusantara karena merupakan kawasan rekreasi keluarga yang hampir mirip dengan Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta.
Jembatan Mahakam II
diperbaiki. Perbaikan tersebut merupakan kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan
itu mulai melakukan penyetingan terhadap tali penahan jembatan. Saat proses dilakukan
petugas tak menghentikan arus lalu lintas yang memasuki jam-jam sibuk. Petugas
hanya menutup sebagian badan jalan dan menjadikan jalur dua arah itu menjadi
satu arah dengan sistem buka tutup. Badan jalan alami penurunan dan tiang
penyangga kendor sehingga mengurangi kekuatan jembatan. Tali putus kemudian
secara berantai tali lain juga putus.
Runtuhnya jembatan menyisakan dua pilar penyangganya. Beberapa kendaraan
roda dua dan lebih menjadi korban dari runtuhnya jembatan itu. Sebagian
tercebur, sebagian lagi terhimpit di
balik runtuhnya jembatan. Beberapa petugas yang memperbaiki juga menjadi korban
tewas dari robohnya jembatan
ini.
BAB II
KEPUSTAKAAN
KEPUSTAKAAN
Setiap aktifitas, kegiatan, dan
perencanaan memiliki sebuah tujuan. Baik itu kepentingan pribadi maupun
kepentingan umum (kepentingan bersama). Sering kali akhir-akhir ini tujuan dari
suatu organisasi dituliskan pada visi dan misi, falsafah, dan undang-undang
dasar mengenai organisasi tersebut, baik skala besar (negara) maupun skala
kecil. Akan tetapi jarang sekali yang berbuat keadilan pada kekayaan tujuan
organisasi yang sebenarnya. Teori Weber mengenai birokrasi ditujukan untuk
membantu organisasi belajar bagaimana mencapai tujuan organisasi tanpa
menghiraukan tujuan pribadi. Namun dalam pelkasanaannya dikehidupan nyata lebih
dominan mementingkan tujuan pribadi dan golongannya (kelompok).
Tidaklah mudah mencari penyebab keruntuhan struktur
jembatan. Penelitian bisa dimulai dari meminta informasi saksi mata. Langkah
selanjutnya adalah mempelajari model keruntuhan struktur, dengan mengamati
kerusakan pada struktur yang telah berdiri maupun kerusakan ‘bangkai’ struktur
yang telah roboh jatuh ke sungai. Semua kemungkinan penyebab keruntuhan dicatat
untuk kemudian dianalisis dengan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing)
maupun gambar perencanaan (engineering drawing). Disilah diperlukan institusi
Rekayasa Forensik yang independen untuk mengetahui penyebab runtuhnya struktur
bangunan.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kasus
ini adanya tradisi sibernetika dimana adanya teori tentang penyebaran informasi
dan pengaruh. Untuk menganalisis kasus ini dari sebuah informasi-informasi yang
disebar sehingga menemukan titik terang dari penyebab kasus ini. Banyak sekali
kemungkinan penyebab runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara. Mulai dari faktor
beban tetap, beban angin, beban kendaraan, maupun faktor pengaruh alam. Yang
paling sering mendapatkan perhatian terhadap kasus jembatan jenis Suspension
Bridge ini adalah faktor beban angin. Beban angin yang meyebabkan terjadinya
puntiran seperti pada dek jembatan Tacoma Narrows-Washington.
Ada juga tradisi sosiokultural dimana terdapat teori
fungsi penyusunan agenda yang menyatakan masyarakat tidak merespon pada
kejadian sebenarnya dalam lingkungan, tetapi pada gambaran dalam kepala kita,
Karena lingkungan yang sebenarnya terlalu besar, telalu kompleks, dan terlalu
menuntut adanya kontak langsung. Bersama-sama harus bertindak dalam lingkungan,
kita harus menyusunnya kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana. Ini
sambungannya berkaitan juga dengan teori opini masyarakat dan spiral ketenangan
dalam tradisi sibernetika bahwa adanya analisis dengan menunjukan bagaimana
komunikasi interpersonal dan media berjalan bersama dalam perkembangan opini publik.
Bisa dilihat pada seiringnya opini publik tentang berbagai hal pertanyaan salah
satunya, Apakah saat runtuhnya jembatan Kukar bertiup angin kencang? Apakah
jembatan Kukar terlalu langsing? Faktor kelelahan material juga tidak boleh
diremehkan walaupun usia jembatan baru berumur 10 tahun. Disini yang menentukan
adalah beban dinamis, baik oleh angin maupun kendaraan. Faktor penggerusan
dasar sungai terhadap posisi pilar jembatan juga tidak boleh diabaikan, karena
menurut informasi terdapat pergeseran posisi pilar akibat kejadian ditabrak
kapal yang berlalu lintas di sungai Mahakam. Walaupun sudah memperhitungkan
semua kemungkinan pembebanan, tidak mustahil ada beberapa bagian elemen
struktur yang mengalami perlemahan akibat korosi. Perlu dievaluasi lebih mendalam.
ANALISIS
3.1 Studi Kasus
a. Kasus
Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara
Sejauh ini, tujuh orang tewas dan 40 lainnya
terluka. Pencarian korban terus dilakukan.( VIVAnews )
Penyebab ambruknya
Jembatan Kutai Kartanegara mulai tersingkap. Dugaan sementara, ada unsur
kelalaian yang mengakibatkan malapetaka ini. Wakil Bupati Kutai Kartanegara M.
Ghufron memastikan jembatan ambruk saat badan jembatan sedang diperbaiki.
Jembatan gantung terpanjang di Indonesia
yang melintasi Sungai Mahakam di Kalimantan Timur ini runtuh Sabtu sore, 26
November 2011, dan tinggal menyisakan dua pilar penyangganya. Hingga berita ini
diunggah, sedikitnya tujuh orang tewas, 40 lainnya terluka, dan 33 orang
dilaporkan hilang.
Sekitar pukul 02.12 WITA, Rombongan menteri
tiba di lokasi didampingi langsung Bupati Kukar, Rita Widyasari, Kapolda Irjen
Pol Bambang Wijanarko dan Kapolres AKBP I Gde Haryarsana. Menkokesra Agung
Laksono langsung menanyakan kronologi kejadian.
Kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat Agung Laksono yang langsung terbang ke lokasi bersama Menteri Pekerjaan
Umum Djoko Kirman, Minggu pk. 02.12 WITA, Kapolres Kutai Kartanegara AKBP I Gde
Haryarsana melaporkan pihaknya menduga ada unsur kesalahan manusia di balik
kejadian ini. Menurut dia, seharusnya ketika pekerjaan perbaikan tali jembatan
sedang dilakukan, tidak boleh ada arus lalu lintas di atas jembatan.
“Seharusnya jembatan ditutup," kata
Haryarsana. "Tidak boleh ada getaran ketika pengerjaan dilakukan.
Getarannya membuat tali yang sedang di-set goyang dan lepas."
Namun demikian, Menteri Agung menyatakan
tak mau buru-buru menarik kesimpulan. "Kami masih menunggu hasil
pemeriksaan dari tim ahli," tuturnya.
Yang sudah pasti, Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara menyatakan jembatan runtuh saat sedang diperbaiki. Dan
perbaikan yang dilakukan Sabtu nahas itu merupakan program pemeliharaan yang
sudah dianggarkan senilai Rp2 miliar dan disetujui Bupati Kutai Kartanegara
Rita Widyasari.
Melalui Sri Wahyuni, Kabag Humas Pemkab Kutai
Kartanegara, Bupati Rita menjelaskan pada hari pertama pemeliharaan itu petugas
menyetel kembali tali penahan jembatan. Namun, saat proses dilakukan petugas
tak menghentikan arus lalu lintas yang padat saat memasuki jam-jam sibuk.
Petugas, kata Sri Wahyuni, hanya menutup sebagian badan jalan dan menjadikan
jalur dua arah menjadi satu arah dengan sistem buka tutup.
"Petaka terjadi ketika jembatan tak
sanggup menahan beban maksimal. Ditambah lagi kekuatan jembatan berkurang
lantaran tali penyangga sedang mengalami perbaikan," ujar Sri Wahyuni
dalam jumpa pers di kantor Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Minggu.
Ketika itu, badan jalan drop dan tali
penyangga kendor sehingga mengurangi kekuatan jembatan. Sri menuturkan, sebelum
terjadi bencana, badan jalan di jembatan memang sudah bergeser. Sebab itulah
diputuskan untuk dilakukan proses pemeliharaan untuk mengembalikan jembatan
seperti setelan semula.
Bupati Rita menerangkan pihaknya sedang
memeriksa kondisi jembatan sebelum ambruk. Pemeriksaan juga dilakukan oleh tim
investigasi yang diturunkan Kementerian Pekerjaan Umum.
Penyelamatan korban
Hingga Minggu, upaya pencarian korban terus
digelar. Tim penyelamat mencari korban yang tercebur ke Sungai Mahakam dengan
menyisir area sungai persis di bawah jembatan. Tim pencari korban terdiri dari
personel TNI, Polri, Satpol PP, Palang Merah, serta ormas yang berbasis di
Kutai Kartanegara.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menjelaskan
untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan korban, pada Minggu pagi tim
SAR khusus akan diberangkatkan dengan pesawat Hercules dari Halim
Perdanakusumah, Jakarta.
"Basarnas akan memberangkatkan tim
ahli SAR dan peralatan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
Sebab, kedalaman sungai sekitar 40 meter dengan arus sungai yang deras,
sehingga cukup menyulitkan pencarian," katanya.
BNPB, Pemerintah Kutai Kartanegara,
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, bersama kementerian dan lembaga terkait
juga mengambil langkah-langkah penanganan darurat.
Sutopo mengatakan Menteri PU dan Gubernur
Kaltim telah berkoordinasi dengan kepala BNPB terkait rencana membangun
pelabuhan darurat untuk penyeberangan feri di dekat jembatan yang runtuh.
Tujuannya agar aktivitas sosial ekonomi masyarakat di Kutai tetap berjalan.
"Jembatan
Kutai Kartanegara merupakan prasarana ekonomi strategis yang menghubungkan
Kukar dengan daerah lainnya," kata Sutopo kepada VIVAnews.com.
Sutopo menambahkan besarnya dana dan
spesifikasi teknis pembangunan pelabuhan darurat tersebut sedang disiapkan.
"Skema usulan kegiatan dari Gubernur Kaltim yang disetujui Menteri PU,
ditunjukkan kepada Kepala BNPB, dan BNPB akan memberikan anggaran dari dana on
call," tuturnya.
Golden Gate
Jembatan Tenggarong—begitu jembatan ini
biasa disebut--dirancang menyerupai Golden Gate di San Fransisco, Amerika
Serikat. Dibangun mulai tahun 1997 dan selesai pada 2011, jembatan ini
menghubungkan Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Bentang bebas jembatan ini-- area yang
tergantung tanpa penyangga--mencapai 270 meter, sedangkan total panjangnya
menurut situs Pemerintah Kabupaten Kutai mencapai 580 meter.
Ada pemandangan menarik yang dapat Anda
saksikan jika melintasi jembatan ini: hamparan pulau Kumala, pulau kecil yang
disulap menjadi kawasan wisata rekreasi favorit masyarakat. Menurut pemerintah
setempat, kawasan ini dirancang sebagai tempat rekreasi keluarga mirip Taman
Impian Jaya Ancol di Jakarta.
Di kawasan jembatan
ini juga terdapat Jam Bentong yang merupakan sebuah tugu dan taman-taman yang
terlihat dari atas jembatan. Di dekat jembatan juga dibangun sarana olahraga
panjat dinding. Area ini setiap sore selalu dipenuhi pengunjung yang ingin
menikmati keindahan jembatan.
b. analisis kasus
Analisis Penyebab
runtuhnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan
Beberapa pekan lalu
kita dihebohkan dengan berita robohnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan yang
merupakan salah satu jembatan panjang kebanggaan bangsa Indonesia, berbagai
spesifikasi serta penelirian telah dilakukan untuk menemukan penyebab kerobohan
jembatan kutai kartanegara tersebut, sebelumnya marilah kita berdoa bersama
untuk puluhan korban keruntuhan jembatan tersebut semoga diterima dan
mendapatkan tempat terbaik disisi Tuhan yang maha kuasa, diterima serta amal
baiknya serta diampuni segala dosa-dosanya, selanjutnya mari kita
analisapenyebab keruntuhan jembatan Kalimantan ini. Sebelumnya kita lihat
dahulu data teknis jembatan kutai kartanegara Kalimantan ini.
Spesifikasi
Jembatan:
-
Nama resmi :
Jembatan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
-
Desain struktur: Jembatan gantung berkabel tunggal dengan
bahan profil baja.
-
Panjang total : 710 m
-
Panjang bentang utama : 270 m
-
Ruang bebas 15 m dengan vertical clearance 5 m
-
Tanggal mulai dibangun adalah 17 Agustus 1995
-
Selesai dibangun tahun 2001
-
Mengalami kerobohan tanggal 26 November 2011
-
Umur jembatan saat mengalami kerobohan adalah 2001 s/d 2011 =
10 tahun
Peristiwa
keruntuhan jembatan terjadi pada tanggal 26 november 2011 sehingga puluhan
kendaraan tercebur ke sungai Mahakam dengan korban yang ditemukan 21 orang
meninggal akibat kerobohan jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan ini, hasil
investigasi beberapa universitas di Indonesia menyatakan adanya indikasi
kesalahan konstruksi namun ini baru sebatas penelitian, berbagai hal bisa
menjadi penyebab kerobohan sebuah jembatan, berikut ini faktor-faktor yang
dapat menyebabkankerobohan jembatan secara umum.
Kesalahan
Perencanaan Jembatan
Perencanaan yang
keliru dalam membuat desain jembatan akan menghasilkan pemilihan tipe bahan
bangunan serta dimensi material dibawah batas kekuatan yang diperlukan, jika
hal ini terjadi maka sebuah struktur bangunan yang sudah jadi atau masih dalam
tahap pembangunan bisa dipastikan akan mengalami kerobohan karena struktur
jembatan tidak kuat menahan beban yang terjadi baik itu berat sendiri jembatan,
beban hidup seperti kendaraan lewat, beban angin sampai dengan beban gempa
menyesuaikan lokasi dimana jembatan tersebut dibangun.
Perencanaan Sudah
Benar Namun Terjadi Pengurangan Spesifikasi Bahan Dalam Pelaksanaan
Meskipun proses
perencanaan jembatan sudah dilakukan dengan benar serta adanya penambahan
faktor keamanan akibat beban tak terduga namun jika dalam pelaksanaannya
terjadi pengurangan bahan maka akan terjadi penurunan hasil kekuatan struktur
yang sudah dibangun kurang dari hasil perencanaan ditentukan menggunakan besi
diameter 13 mm namun dalam pelaksanaan digunakan besi diameter 8 mm maka hal
ini dapat menyebabkan keruntuhan
jembatan.
Terjadi Kelelahan
Bahan Akibat Beban Tak Terduga
Berbagai macam
beban yang tidak terduga sebelumnya sehingga tidak masuk kedalam daftar data
perencanaan juga bisa jadi penyebab kegagalan struktur misalnya ketika melewati
jembatan tertentu terkadang kita melihat sebuah papan yang dituliskan maksimal
berat kendaraan yang lebih berat atau dengan jumlah diluar batas kemampuan
kekautan jembatan maka akan dapat menjadi penyebab keruntuhan.
Terjadi Perlemahan
Struktur Jembatan
Misalnya sebagai
akibat sebagian bahan bangunan mengalami kerusakan seperti besi yang mengalami
perkaratan atau mengendornya sambungan baut pada satu bagian struktur juga
dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, oleh karena itu diperlukan kegiatan
pemeliharaan jembatan langsung dapat diperbaiki sebelum mengalami keruntuhan.
Terjadi Perusakan
Pada Jembatan
Faktor kesengajaan
untuk merusak sebuah jembatan yang sudah dibangun juga dapat menjadi penyebab
robohnya jembatan, misalnya dengan mengendorkan bagian sambungan baut, atau
melakukan hal-hal lainnya yang mampu melemahkan struktur jembatan, sehingga
diperlukan upaya pengawasan yang ketat pada jembatan yang beresiko mengalami
perusakan bangunan.
Dan masih banyak
lagi faktor yang menyebabkan runtuhnya jembatan, kembali kepada topic analisa
penyebab runtuhnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan.
3.2 Teori Analisis
Tradisi
Sosiopsikologis
Teori Weber tentang Birokrasi
Max Weber, orang yang paling terkait
dengan bagaimana manusia bertindak secara rasional untuk meraih tujuan-tujuan
mereka, ingin menjelaskan proses-proses sosial dalam sebuah cara yang
menghubungkan motivasi individu dengan hasil-hasil sosial. Karena penekanannya
pada individu sebagai pengendali tindakan dan ketertarikannya pada penjelasan
kausal dan rasional, karyanya benar-benar menunjukkan sebuah kualitas tertentu
dari tradisi sosiopsikologis. Teori-teori weber juga memberikan sebuah kerangka
kerja untuk pandangan tradisional tentang susunan organisasi sebagai sesuatu
yang hierarki dan diatur oleh aturan.
Weber mencoba untuk mengenali cara terbaik bagi
organisasi dalam mengatur kerumitan kerja individu dengan tujuan yang umum, dan
prinsip-prinsipnya memiliki kekuatan yang tetap ada selama bertahun-tahun.
Tradisi Sosiokultural
Teori Fungsi Penyusunan Agenda
Para peneliti telah lama mengetahui
bahwa media memiliki kemampuan untuk menyusun isu-isu bagi masyarakat. Salah
satu penulis awal yang merumuskan gagasan ini adalah Walter Lippmann, seorang
jurnalis Amerika termuka. Lippmann mengambil pandangan bahwa masyarakat tidak
merespon pada kejadian sebenarnya dalam lingkungan, tetapi pada “gambar dalam
kepala kita”, yang ia sebut dengan lingkungan palsu (pseudoenvironment):
“Karena lingkungan yang sebenarnya terlalu besar, terlalu kompleks, dan terlalu
menuntut adanya kontak langsung. Kita tidak dilengkapi untuk berhadapan dengan
begitu banyak detail, begitu banyak keragaman, begitu banyak permutasi dan
kombinasi. Bersama-sama kita harus bertindak dalam lingkungan, kita harus
menyusunnya kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana sebelum kita
berhadapan dengan hal tersebut. Media memberikan kita model yang lebih
sederhana dengan menyusun agenda bagi kita.
Fungsi penyusunan
agenda telah dijelaskan oleh Donal Shaw, Maxwell McCombs, dan rekan-rekan
mereka yang menulis: “Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa penyuntingan
dan penyiaran memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial
kita ketika mereka menjalankan tugas keseharian mereka dalam memilih dan
menampilkan berita. Pengaruh media massa ini kemampuan untuk memengaruhi
perubahan kognitif antarindividu untuk menyusun pemikiran mereka telah diberi
fungsi penyusunan agenda dari komunikasi massa. Di sini terletak pengaruh
paling penting dari komunikasi massa, kemampuannya untuk menata mental, dan
mengatur dunia bagi kita sendiri. Singkatnya, media massa mungkin tidak
berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka secara
mengejutkan berhasil dalam memberitahu kita tentang apa yang harus kita
pikirkan.
Dengan kata lain,
penyusunan agenda membentuk gambaran atau isu yang penting dalam pikiran masyarakat.
Penyusunan agenda terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita.
Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat pilihan tentang apa
yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui
tentang situasi pada waktu tertentu merupakan hasil dari penjagaan gerbang oleh
media. Selanjutnya, kita mengetahui bahwa bagaimana seseorang membuat pilihan
sangat ditentukan oleh isu apa yang diyakini penting oleh orang tersebut. Untuk
alasan ini beberapa penelitian telah meyakini bahwa isu-isu yang dilaporkan
selama masa pemilihan di kantor mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar pada
pemilihan umum daripada kampanye itu sendiri.
Ada dua tingkatan
penyusunan agenda. Pertama, menentukan isu-isu umum yang dianggap penting, dan
yang kedua menentukan bagian atau aspek dari isu-isu tersebut yang dianggap
penting. Dalam banyak tingkat kedua sama pentingnya dengan tingkat pertama,
karena member kita cara untuk membuat kerangka isu-isu yang mendasari agenda
masyarakat dan media.
Fungsi penyusun
agenda adalah sebuah proses tiga bagian. Pertama, prioritas isu-isu yang akan
dibahas dalam media atau agenda media, harus diatur. Kedua, agenda media
memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang masyarakat pikirkan, menciptakan
agenda masyarakat (public agenda). Terakhir, agenda masyarakat memengaruhi atau
berinteraksi dengan apa yang para pembuat kebijakan anggap penting disebut
agenda kebijakan (policy agenda).
Seperti yang
ditunjukkan oleh fungsi penyusunan agenda, ada interaksi antara masyarakat dan
media yang masing-masing saling memengaruhi. Akan tetapi, apa itu “masyarakat”?
Kita dapat mengukur opini rata-rata dan menyebutnya “opini publik”, tetapi hal
ini terlalu menyederhanakan prosesnya.
Tradisi Sibernetika
Opini Masyarakat dan Spiral Ketenangan
Opini yang menyangkut urusan
masyarakat, dan opini masyarakat sebagai sebuah kelompok alih-alih beberapa
kelompok individu yang lebih kecil. Teori Elisabeth Noelle-Neumann tentang
“spiral ketenangan” meneruskan analisis ini dengan menunjukkan bagaimana
komunikasi interpersonal dan media berjalan bersama dalam perkembangan opini
masyarakat.
Sebagai seorang peneliti politik di
Jerman, Noelle-Neumann mengamati bahwa dalam pemilihan umum,
pandangan-pandangan tertentu nampaknya mendapatkan lebih banyak peran daripada
pandangan lain. Kadang-kadang, manusia menyimpan opini mereka daripada
memberikannya. Noelle-Neumann menyebutnya spiral ketenangan (spiral of
silence). Spiral ketenangan terjadi ketika individu yang merasa bahwa opini
mereka terkenal senang mengungkapkan diri, sedangkan mereka yang tidak
memikirkan tentang opininya terkenal sebagai orang yang selalu diam. Proses ini
terjadi dalam sebuah spiral, sehingga salah satu sisi masalah berakhir dengan
banyaknya publisitas dan sisi yang lain hanya dengan sedikit publisitas.
Spiral ketenangan merupakan
fenomenan yang melibatkan jalur komunikasi media dan pribadi. Media mengumumkan
opini masyarakat, menyatakan opini yang menonjol. Individu mengungkapkan opini
mereka atau tidak bergantung pada sudut pandang yang dominan ; media,
selanjutnya mengikuti opini yang diungkapkan, dan spiral tersebut berlanjut.
Teori spiral ketenangan dapat
dianggap sebagai bagian dari tradisi sosiopsikologi karena penekanannya pada
apa yang manusia lakukan dalam menanggapi situasi yang mereka hadapi, tetapi
kami menganggap bahwa teori ini sebenarnya menunjukkan pemikiran sibenertika
dengan cukup baik karena interaksi sistematis yang lebih besar menjadi
taruhannya. Sesuatu yang menarik dari penelitian Noelle-Neumann adalah
interaksi yang kompleks antara pernyataan indiviidu, penggambaran media, dan
opini masyarakat.
Penyebaran Informasi dan Pengaruh
Tidak mengherankan bahwa
sistem-sistem pemikiran yang ditamakan secara menyeluruh dalam tradisi
sibernetika akan memengaruhi bagaimana kita memperlakukan komunikasi dalam
masyarakat dan budaya karena masyarakat itu sendiri dapat dilihat dengan mudah
sebagai sebuah sistem yang besar. Anda tidak memiliki jumlah komunikasi yang
sama dengan orang lain, tetapi membentuk jalan kecil, kelompok, atau
simpul-simpul yang menegaskan jaringan komunikasi sosial yang besar.
Teori-teori tentang penyebaran informasi dan pengaruh menggambarkan tradisi ini
dengan sangat baik.
Hipotesis dua langkah Lazarsfeld, pentingnya
jaringan interpersonal dijelaskan oleh penelitian awal pada pemungutan suara
tahun 1940 yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya di Elmira,
New York. Para peneliti ini tanpa diduga menemukan bahwa pengaruh media
dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal. Pengaruh ini selanjutnya dikenal
sebagai hipotesis arus dua langkah sangat mengejutkan dan memiliki pengaruh
yang besar pada pemahaman kita tentang peran media massa.
Teori arus dua langkah diringkaskan
dengan baik dalam buku Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld yang berjudul Personal
Influence. Para penulis ini menegaskan bahwa individu-individu tertentu yang
terkenal sebagai pemimpin pendapat (opinion leaders) menerima informasi dari
media massa dan memberikannya kepada rekan-rekannya. Setiap kelompok memiliki
pemimpin pendapat, tetapi individu-individu ini sulit dibedakan dari anggota
kelompok yang lain karena kepemimpinan dalam pendapat bukanlah sebuah sifat
melainkan sebuah peranan yang diambil oleh beberapa individu dalam
situasi-situasi tertentu.
Teori penyebaran informasi Everett
rogers, Rogers menghubungkan penyebaran dengan proses perubahan sosial yang
terdiri atas penemuan, penyebaran (atau komunikasi), dan akibat. Perubahan
tersebut dapat terjadi secara internal dari dalam sebuah kelompok atau secara
eksternal melalui kontak dengan agen perubahan dari luar. Kontak dapat terjadi
secara spontan atau kebetulan, atau mungkin merupakan hasil perencanaan pihak
agen luar.
Dalam penyebaran inovasi diperlukan
waktu yang lama untuk menyebarkan sebuah pemikiran. Sebenarnya, Rogers
menyatakan bahwa salah satu tujuan penelitian penyebaran adalah untuk menemukan
cara-cara untuk mempersingkat kelambatan ini. Ketika ditetapkan, sebuah inovasi
akan memiliki akibat, dapat fungsional atau disfungsional, langsung atau tidak
langsung, nyata atau tersembunyi. Agen-agen perubahan biasanya mengharapkan
agar pengaruh mereka langsung, fungsional, dan nyata, walaupun hasil positif
tersebut tidak selalu terjadi.
Kedua teori dalam tradisi ini
merupakan teori-teori yang menggambarkan sistem-sistem komunikasi yang terdiri
atas jalur-jalur komunikasi yang menyatukan manusia dalam puteran sibernetika.
Akan tetapi, mereka lebih dari sekadar hubungan atau kontak sederhana karena
membentuk consensus dan kesamaan melalui komunikasi yang berulang. Walaupun
teori-teori sibernetika tidak “terasa” seperti tradisi-tradisi lain dalam
konteks ini, teori-teori tersebut memberikan cara untuk memahami bagaimana
susunan budaya dan sosial dibentuk dan disebarkan.
KESIMPULAN
Jembatan
Mahakam II merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Bentang panjang jumlahnya banyak dan biaya yang
diperlukan untuk membangun juga sangat besar, maka pembangunan jembatan harus
dilakukan oleh konsultan dan kontraktor yang mempunyai tenaga ahli
bersertifikat. Undang-undang No 18 tentang Jasa Konstruksi yang mempersyaratkan
adanya sertifikasi tenaga ahli baru diundangkan tahun 1999, dan
pelaksanaannyapun sampai saat ini masih belum berjalan dengan maksimal. Jumlah
sarjana teknik yang bersertifikat untuk menjadi Insinyur Profesional masih
sedikit sekali. Tenaga ahli konstruksi baik Perencana, Pelaksana, Pengawas
maupun Manajemen Konstruksi harus bersertifikat.
Setelah bangunan selesai masa
konstruksi masih diperlukan anggaran untuk pemeliharaan. Hampir dipastikan
bahwa menentukan biaya pembangunan lebih mudah dan lebih cepat untuk dputuskan.
Tetapi alokasi anggaran untuk pemeliharaan dan rehabilitasi bangunan yang telah
berdiri sangat sedikit sekali dianggarkan, ataupun kalo kita mau jujur, bahkan
tidak ada sama sekali. Perlu diketahu bahwa, minimal anggaran yang harus
disiapkan adalah sekitar 1%- 2% dari total biaya awal membangun (initial cost).
Biaya pemeliharaan tergantung dari lebar jembatan, panjang bentang, kepadatan
lalu lintas dan umur jembatan. Sebagai ilustrasi, Jembatan Chicago yang telah
berusia 100 tahun lebih, biaya perawatan setiap tahunnya bisa mencapai 2,82
kali biaya awal membangun.
Diperlukan sistem monitoring
jembatan selama masa rencana umur jembatan. Dengan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi saat ini, sangatlah mudah untuk memonitor kondisi jembatan dari
waktu ke waktu, bahkan setiap detiknya. Monitoring terhadap pengaruh linkungan,
pengaruh lalu lintas, pengaruh efek kelelaham material akan dengan mudah
diketahui dan bisa diketahui sejak dini, sehingga peristiwa runtuhnya jembatan
secara tiba-tiba dapat dicegah. Sekarang, bagaimana kita memanfaatkan teknologi
untuk mencegah terjadinya korban jiwa dan materiil akibat runtuhnya jembatan.
Bisa membuat, tetapi tidak
bisa memelihara. Kurikulum Jurusan Teknik Sipil perlu ditinjau ulang. Semua
Perguruan Tinggi yang mempunyai Jurusan Teknik Sipil, sebagian besar mata
kuliah yang diajarkan adalah bagaimana merencanakan dan merancang bangunan
(planning and design), sangat sedikit atau bahkan tidak ada yang mengajarkan
bagaimana memelihara bangunan agar awet dan bertahan sampai lebih dari 50
tahun. Harus diakui bahwa mata kuliah pemeliharaan bangunan hanya diajarkan di
Program Magister dengan Peminatan Manajemen Konstruksi, itupun hanya 3 sks.
Dilain pihak, Perguruan Tinggi sangat minim pakar yang mempunyai pengalaman
luas dibidang konstruksi jembatan, karena didalam kenyataannya, profesi sebagai
dosen dilarang berpraktek sebagai konsultan perencana jembatatan. Sungguh
sangat memprihatinkan, disatu sisi kita perlu dosen yang berpengalaman, tetapi
disisi lain dosen tidak boleh berpraktek sebagai insinyur. Tantangan bagi kita
semua untuk menyempurnakan UU ttg Jasa Konstruksi maupun UU Sisdiknas.
Perlu Lembaga Independen. Diperlukan kajian dari lembaga independen untuk
menegetahui peneyebab dan penanggung jawab runtuhnya jembatan tersebut.
Tidaklah mudah mencari penyebab runtuhnya jembatan, apalagi mencari siapa yang
harus bertanggung jawab. Menurut peraturan perundangan yang berlaku, UU
18/1999, harus ada yang bertanggung jawab terhadap adanya kegagalan struktur,
apalagi yang menyebabkan terjadinya korban jiwa. Yang bertanggung jawab bisa
Pengguna Jasa (Pimpro) atau Penyedia Jasa (konsultan). Kontraktor; adakah unsur
perbuatan melanggar hukum oleh para pihak. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
dan penyelidikan secara forensik.
Semoga pelajaran dari runtuhnya jembatan Kutai
Kartanegara bisa dipetik untuk dijadikan pengalaman yang berharga bagi kita
semua. Sekali lagi pesan dari Kukar: jangan hanya bisa membuat tetapi yang
lebih penting adalah memanfaatkan dan memeliharanya.
DAFTAR PUSTAKA
Liteljhon,
Stephen W. and Fos, Karen A. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika, 2009
Lippman,
Walter. Public Opinion. New York:
Macmillan, 1921
Noelle-Neumann,
Elisabeth. “The Spiral of Silence :
Public Opinion-Our Social Skin. Chicago: University of Chicago Press, 1984
VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar