Selamat Membaca

Keindahan selalu ada jika kita mau memperhatikan

Sabtu, 12 Mei 2012

ANALISIS KASUS RUNTUHNYA JEMBATAN KUTAI MENGGUNAKAN TEORI KOMUNIKASI


BAB I
PENDAHULUAN

            Ditengah gencar dan semangatnya Pemerintah dalam membangun infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian daerah di seluruh Nusantara, kita dikejutkan dengan runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegra yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong di Kalimantan Timur. Jembatan yang mulai dibangun tahun 1995 dan mulai dioperasikan tahun 2001 tersebut runtuh sehingga mengakibatkan korban jiwa, korban luka, dan korban materiil yang tidak sedikit.
Ditengarai ada pergeseran badan jalan di jembatan Mahakam II Kutai Kartanegara (Kukar). Jembatan Mahakam II merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Jembatan Kartanegara merupakan jembatan kedua yang dibangun melintasi Sungai Mahakam setelah Jembatan Mahakam di Samarinda dan dikenal sebagai Golden Gate-nya Kalimantan karena menyerupai jembatan di San Fransisco, Amerika Serikat. Jembatan ini juga merupakan akses menuju Samarinda ataupun sebaliknya yang dapat ditempuh hanya sekitar 30 menit. Melewati Jembatan Kutai Kartanegara ada pemandangan menarik yang dapat disaksikan, yaitu hamparan sebuah pulau kecil yaitu Pulau Kumala, sebuah pulau yang telah disulap menjadi Kawasan Wisata Rekreasi yang banyak diminati oleh wisatawan Nusantara karena merupakan kawasan rekreasi keluarga yang hampir mirip dengan Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta.
Jembatan Mahakam II diperbaiki. Perbaikan tersebut merupakan kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan itu mulai melakukan penyetingan terhadap tali penahan jembatan. Saat proses dilakukan petugas tak menghentikan arus lalu lintas yang memasuki jam-jam sibuk. Petugas hanya menutup sebagian badan jalan dan menjadikan jalur dua arah itu menjadi satu arah dengan sistem buka tutup. Badan jalan alami penurunan dan tiang penyangga kendor sehingga mengurangi kekuatan jembatan. Tali putus kemudian secara berantai tali lain juga putus.  Runtuhnya jembatan menyisakan dua pilar penyangganya. Beberapa kendaraan roda dua dan lebih menjadi korban dari runtuhnya jembatan itu. Sebagian tercebur, sebagian lagi terhimpit di balik runtuhnya jembatan. Beberapa petugas yang memperbaiki juga menjadi korban tewas dari robohnya jembatan ini.

BAB II
KEPUSTAKAAN

            Setiap aktifitas, kegiatan, dan perencanaan memiliki sebuah tujuan. Baik itu kepentingan pribadi maupun kepentingan umum (kepentingan bersama). Sering kali akhir-akhir ini tujuan dari suatu organisasi dituliskan pada visi dan misi, falsafah, dan undang-undang dasar mengenai organisasi tersebut, baik skala besar (negara) maupun skala kecil. Akan tetapi jarang sekali yang berbuat keadilan pada kekayaan tujuan organisasi yang sebenarnya. Teori Weber mengenai birokrasi ditujukan untuk membantu organisasi belajar bagaimana mencapai tujuan organisasi tanpa menghiraukan tujuan pribadi. Namun dalam pelkasanaannya dikehidupan nyata lebih dominan mementingkan tujuan pribadi dan golongannya (kelompok).
Tidaklah mudah mencari penyebab keruntuhan struktur jembatan. Penelitian bisa dimulai dari meminta informasi saksi mata. Langkah selanjutnya adalah mempelajari model keruntuhan struktur, dengan mengamati kerusakan pada struktur yang telah berdiri maupun kerusakan ‘bangkai’ struktur yang telah roboh jatuh ke sungai. Semua kemungkinan penyebab keruntuhan dicatat untuk kemudian dianalisis dengan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) maupun gambar perencanaan (engineering drawing). Disilah diperlukan institusi Rekayasa Forensik yang independen untuk mengetahui penyebab runtuhnya struktur bangunan.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini adanya tradisi sibernetika dimana adanya teori tentang penyebaran informasi dan pengaruh. Untuk menganalisis kasus ini dari sebuah informasi-informasi yang disebar sehingga menemukan titik terang dari penyebab kasus ini. Banyak sekali kemungkinan penyebab runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara. Mulai dari faktor beban tetap, beban angin, beban kendaraan, maupun faktor pengaruh alam. Yang paling sering mendapatkan perhatian terhadap kasus jembatan jenis Suspension Bridge ini adalah faktor beban angin. Beban angin yang meyebabkan terjadinya puntiran seperti pada dek jembatan Tacoma Narrows-Washington.
Ada juga tradisi sosiokultural dimana terdapat teori fungsi penyusunan agenda yang menyatakan masyarakat tidak merespon pada kejadian sebenarnya dalam lingkungan, tetapi pada gambaran dalam kepala kita, Karena lingkungan yang sebenarnya terlalu besar, telalu kompleks, dan terlalu menuntut adanya kontak langsung. Bersama-sama harus bertindak dalam lingkungan, kita harus menyusunnya kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana. Ini sambungannya berkaitan juga dengan teori opini masyarakat dan spiral ketenangan dalam tradisi sibernetika bahwa adanya analisis dengan menunjukan bagaimana komunikasi interpersonal dan media berjalan bersama dalam perkembangan opini publik. Bisa dilihat pada seiringnya opini publik tentang berbagai hal pertanyaan salah satunya, Apakah saat runtuhnya jembatan Kukar bertiup angin kencang? Apakah jembatan Kukar terlalu langsing? Faktor kelelahan material juga tidak boleh diremehkan walaupun usia jembatan baru berumur 10 tahun. Disini yang menentukan adalah beban dinamis, baik oleh angin maupun kendaraan. Faktor penggerusan dasar sungai terhadap posisi pilar jembatan juga tidak boleh diabaikan, karena menurut informasi terdapat pergeseran posisi pilar akibat kejadian ditabrak kapal yang berlalu lintas di sungai Mahakam. Walaupun sudah memperhitungkan semua kemungkinan pembebanan, tidak mustahil ada beberapa bagian elemen struktur yang mengalami perlemahan akibat korosi. Perlu dievaluasi lebih mendalam.

 BAB III 
ANALISIS
3.1 Studi Kasus
a. Kasus
Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara
Sejauh ini, tujuh orang tewas dan 40 lainnya terluka. Pencarian korban terus dilakukan.( VIVAnews )
Penyebab ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara mulai tersingkap. Dugaan sementara, ada unsur kelalaian yang mengakibatkan malapetaka ini. Wakil Bupati Kutai Kartanegara M. Ghufron memastikan jembatan ambruk saat badan jembatan sedang diperbaiki.
Jembatan gantung terpanjang di Indonesia yang melintasi Sungai Mahakam di Kalimantan Timur ini runtuh Sabtu sore, 26 November 2011, dan tinggal menyisakan dua pilar penyangganya. Hingga berita ini diunggah, sedikitnya tujuh orang tewas, 40 lainnya terluka, dan 33 orang dilaporkan hilang.
Sekitar pukul 02.12 WITA, Rombongan menteri tiba di lokasi didampingi langsung Bupati Kukar, Rita Widyasari, Kapolda Irjen Pol Bambang Wijanarko dan Kapolres AKBP I Gde Haryarsana. Menkokesra Agung Laksono langsung menanyakan kronologi kejadian.
Kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono yang langsung terbang ke lokasi bersama Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirman, Minggu pk. 02.12 WITA, Kapolres Kutai Kartanegara AKBP I Gde Haryarsana melaporkan pihaknya menduga ada unsur kesalahan manusia di balik kejadian ini. Menurut dia, seharusnya ketika pekerjaan perbaikan tali jembatan sedang dilakukan, tidak boleh ada arus lalu lintas di atas jembatan. 
“Seharusnya jembatan ditutup," kata Haryarsana. "Tidak boleh ada getaran ketika pengerjaan dilakukan. Getarannya membuat tali yang sedang di-set goyang dan lepas." 
Namun demikian, Menteri Agung menyatakan tak mau buru-buru menarik kesimpulan. "Kami masih menunggu hasil pemeriksaan dari tim ahli," tuturnya. 
Yang sudah pasti, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menyatakan jembatan runtuh saat sedang diperbaiki. Dan perbaikan yang dilakukan Sabtu nahas itu merupakan program pemeliharaan yang sudah dianggarkan senilai Rp2 miliar dan disetujui Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari.
Melalui Sri Wahyuni, Kabag Humas Pemkab Kutai Kartanegara, Bupati Rita menjelaskan pada hari pertama pemeliharaan itu petugas menyetel kembali tali penahan jembatan. Namun, saat proses dilakukan petugas tak menghentikan arus lalu lintas yang padat saat memasuki jam-jam sibuk. Petugas, kata Sri Wahyuni, hanya menutup sebagian badan jalan dan menjadikan jalur dua arah menjadi satu arah dengan sistem buka tutup.
"Petaka terjadi ketika jembatan tak sanggup menahan beban maksimal. Ditambah lagi kekuatan jembatan berkurang lantaran tali penyangga sedang mengalami perbaikan," ujar Sri Wahyuni dalam jumpa pers di kantor Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Minggu.
Ketika itu, badan jalan drop dan tali penyangga kendor sehingga mengurangi kekuatan jembatan. Sri menuturkan, sebelum terjadi bencana, badan jalan di jembatan memang sudah bergeser. Sebab itulah diputuskan untuk dilakukan proses pemeliharaan untuk mengembalikan jembatan seperti setelan semula.
Bupati Rita menerangkan pihaknya sedang memeriksa kondisi jembatan sebelum ambruk. Pemeriksaan juga dilakukan oleh tim investigasi yang diturunkan Kementerian Pekerjaan Umum.

Penyelamatan korban
Hingga Minggu, upaya pencarian korban terus digelar. Tim penyelamat mencari korban yang tercebur ke Sungai Mahakam dengan menyisir area sungai persis di bawah jembatan. Tim pencari korban terdiri dari personel TNI, Polri, Satpol PP, Palang Merah, serta ormas yang berbasis di Kutai Kartanegara. 
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menjelaskan untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan korban, pada Minggu pagi tim SAR khusus akan diberangkatkan dengan pesawat Hercules dari Halim Perdanakusumah, Jakarta.
"Basarnas akan memberangkatkan tim ahli SAR dan peralatan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan korban. Sebab, kedalaman sungai sekitar 40 meter dengan arus sungai yang deras, sehingga cukup menyulitkan pencarian," katanya.
BNPB, Pemerintah Kutai Kartanegara, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, bersama kementerian dan lembaga terkait juga mengambil langkah-langkah penanganan darurat. 
Sutopo mengatakan Menteri PU dan Gubernur Kaltim telah berkoordinasi dengan kepala BNPB terkait rencana membangun pelabuhan darurat untuk penyeberangan feri di dekat jembatan yang runtuh. Tujuannya agar aktivitas sosial ekonomi masyarakat di Kutai tetap berjalan.
"Jembatan Kutai Kartanegara merupakan prasarana ekonomi strategis yang menghubungkan Kukar dengan daerah lainnya," kata Sutopo kepada VIVAnews.com.
Sutopo menambahkan besarnya dana dan spesifikasi teknis pembangunan pelabuhan darurat tersebut sedang disiapkan. "Skema usulan kegiatan dari Gubernur Kaltim yang disetujui Menteri PU, ditunjukkan kepada Kepala BNPB, dan BNPB akan memberikan anggaran dari dana on call," tuturnya.
Golden Gate
Jembatan Tenggarong—begitu jembatan ini biasa disebut--dirancang menyerupai Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat. Dibangun mulai tahun 1997 dan selesai pada 2011, jembatan ini menghubungkan Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Bentang bebas jembatan ini-- area yang tergantung tanpa penyangga--mencapai 270 meter, sedangkan total panjangnya menurut situs Pemerintah Kabupaten Kutai mencapai 580 meter.
Ada pemandangan menarik yang dapat Anda saksikan jika melintasi jembatan ini: hamparan pulau Kumala, pulau kecil yang disulap menjadi kawasan wisata rekreasi favorit masyarakat. Menurut pemerintah setempat, kawasan ini dirancang sebagai tempat rekreasi keluarga mirip Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta.
Di kawasan jembatan ini juga terdapat Jam Bentong yang merupakan sebuah tugu dan taman-taman yang terlihat dari atas jembatan. Di dekat jembatan juga dibangun sarana olahraga panjat dinding. Area ini setiap sore selalu dipenuhi pengunjung yang ingin menikmati keindahan jembatan.

b. analisis kasus
Analisis Penyebab runtuhnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan
Beberapa pekan lalu kita dihebohkan dengan berita robohnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan yang merupakan salah satu jembatan panjang kebanggaan bangsa Indonesia, berbagai spesifikasi serta penelirian telah dilakukan untuk menemukan penyebab kerobohan jembatan kutai kartanegara tersebut, sebelumnya marilah kita berdoa bersama untuk puluhan korban keruntuhan jembatan tersebut semoga diterima dan mendapatkan tempat terbaik disisi Tuhan yang maha kuasa, diterima serta amal baiknya serta diampuni segala dosa-dosanya, selanjutnya mari kita analisapenyebab keruntuhan jembatan Kalimantan ini. Sebelumnya kita lihat dahulu data teknis jembatan kutai kartanegara Kalimantan ini.
Spesifikasi Jembatan:
-          Nama resmi     : Jembatan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
-          Desain struktur: Jembatan gantung berkabel tunggal dengan bahan profil baja.
-          Panjang total   : 710 m
-          Panjang bentang utama : 270 m
-          Ruang bebas 15 m dengan vertical clearance 5 m
-          Tanggal mulai dibangun adalah 17 Agustus 1995
-          Selesai dibangun tahun 2001
-          Mengalami kerobohan tanggal 26 November 2011
-          Umur jembatan saat mengalami kerobohan adalah 2001 s/d 2011 = 10 tahun
Peristiwa keruntuhan jembatan terjadi pada tanggal 26 november 2011 sehingga puluhan kendaraan tercebur ke sungai Mahakam dengan korban yang ditemukan 21 orang meninggal akibat kerobohan jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan ini, hasil investigasi beberapa universitas di Indonesia menyatakan adanya indikasi kesalahan konstruksi namun ini baru sebatas penelitian, berbagai hal bisa menjadi penyebab kerobohan sebuah jembatan, berikut ini faktor-faktor yang dapat menyebabkankerobohan jembatan secara umum.
Kesalahan Perencanaan Jembatan
Perencanaan yang keliru dalam membuat desain jembatan akan menghasilkan pemilihan tipe bahan bangunan serta dimensi material dibawah batas kekuatan yang diperlukan, jika hal ini terjadi maka sebuah struktur bangunan yang sudah jadi atau masih dalam tahap pembangunan bisa dipastikan akan mengalami kerobohan karena struktur jembatan tidak kuat menahan beban yang terjadi baik itu berat sendiri jembatan, beban hidup seperti kendaraan lewat, beban angin sampai dengan beban gempa menyesuaikan lokasi dimana jembatan tersebut dibangun.
Perencanaan Sudah Benar Namun Terjadi Pengurangan Spesifikasi Bahan Dalam Pelaksanaan
Meskipun proses perencanaan jembatan sudah dilakukan dengan benar serta adanya penambahan faktor keamanan akibat beban tak terduga namun jika dalam pelaksanaannya terjadi pengurangan bahan maka akan terjadi penurunan hasil kekuatan struktur yang sudah dibangun kurang dari hasil perencanaan ditentukan menggunakan besi diameter 13 mm namun dalam pelaksanaan digunakan besi diameter 8 mm maka hal ini  dapat menyebabkan keruntuhan jembatan.
Terjadi Kelelahan Bahan Akibat Beban Tak Terduga
Berbagai macam beban yang tidak terduga sebelumnya sehingga tidak masuk kedalam daftar data perencanaan juga bisa jadi penyebab kegagalan struktur misalnya ketika melewati jembatan tertentu terkadang kita melihat sebuah papan yang dituliskan maksimal berat kendaraan yang lebih berat atau dengan jumlah diluar batas kemampuan kekautan jembatan maka akan dapat menjadi penyebab keruntuhan.
Terjadi Perlemahan Struktur Jembatan
Misalnya sebagai akibat sebagian bahan bangunan mengalami kerusakan seperti besi yang mengalami perkaratan atau mengendornya sambungan baut pada satu bagian struktur juga dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, oleh karena itu diperlukan kegiatan pemeliharaan jembatan langsung dapat diperbaiki sebelum mengalami keruntuhan.
Terjadi Perusakan Pada Jembatan
Faktor kesengajaan untuk merusak sebuah jembatan yang sudah dibangun juga dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, misalnya dengan mengendorkan bagian sambungan baut, atau melakukan hal-hal lainnya yang mampu melemahkan struktur jembatan, sehingga diperlukan upaya pengawasan yang ketat pada jembatan yang beresiko mengalami perusakan bangunan.
Dan masih banyak lagi faktor yang menyebabkan runtuhnya jembatan, kembali kepada topic analisa penyebab runtuhnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan.

3.2  Teori Analisis
Tradisi Sosiopsikologis
Teori Weber tentang Birokrasi
            Max Weber, orang yang paling terkait dengan bagaimana manusia bertindak secara rasional untuk meraih tujuan-tujuan mereka, ingin menjelaskan proses-proses sosial dalam sebuah cara yang menghubungkan motivasi individu dengan hasil-hasil sosial. Karena penekanannya pada individu sebagai pengendali tindakan dan ketertarikannya pada penjelasan kausal dan rasional, karyanya benar-benar menunjukkan sebuah kualitas tertentu dari tradisi sosiopsikologis. Teori-teori weber juga memberikan sebuah kerangka kerja untuk pandangan tradisional tentang susunan organisasi sebagai sesuatu yang hierarki dan diatur oleh aturan.
            Weber  mencoba untuk mengenali cara terbaik bagi organisasi dalam mengatur kerumitan kerja individu dengan tujuan yang umum, dan prinsip-prinsipnya memiliki kekuatan yang tetap ada selama bertahun-tahun.
Tradisi Sosiokultural
Teori Fungsi Penyusunan Agenda
            Para peneliti telah lama mengetahui bahwa media memiliki kemampuan untuk menyusun isu-isu bagi masyarakat. Salah satu penulis awal yang merumuskan gagasan ini adalah Walter Lippmann, seorang jurnalis Amerika termuka. Lippmann mengambil pandangan bahwa masyarakat tidak merespon pada kejadian sebenarnya dalam lingkungan, tetapi pada “gambar dalam kepala kita”, yang ia sebut dengan lingkungan palsu (pseudoenvironment): “Karena lingkungan yang sebenarnya terlalu besar, terlalu kompleks, dan terlalu menuntut adanya kontak langsung. Kita tidak dilengkapi untuk berhadapan dengan begitu banyak detail, begitu banyak keragaman, begitu banyak permutasi dan kombinasi. Bersama-sama kita harus bertindak dalam lingkungan, kita harus menyusunnya kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana sebelum kita berhadapan dengan hal tersebut. Media memberikan kita model yang lebih sederhana dengan menyusun agenda bagi kita.
Fungsi penyusunan agenda telah dijelaskan oleh Donal Shaw, Maxwell McCombs, dan rekan-rekan mereka yang menulis: “Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa penyuntingan dan penyiaran memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial kita ketika mereka menjalankan tugas keseharian mereka dalam memilih dan menampilkan berita. Pengaruh media massa ini kemampuan untuk memengaruhi perubahan kognitif antarindividu untuk menyusun pemikiran mereka telah diberi fungsi penyusunan agenda dari komunikasi massa. Di sini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa, kemampuannya untuk menata mental, dan mengatur dunia bagi kita sendiri. Singkatnya, media massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka secara mengejutkan berhasil dalam memberitahu kita tentang apa yang harus kita pikirkan.
Dengan kata lain, penyusunan agenda membentuk gambaran atau isu yang penting dalam pikiran masyarakat. Penyusunan agenda terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui tentang situasi pada waktu tertentu merupakan hasil dari penjagaan gerbang oleh media. Selanjutnya, kita mengetahui bahwa bagaimana seseorang membuat pilihan sangat ditentukan oleh isu apa yang diyakini penting oleh orang tersebut. Untuk alasan ini beberapa penelitian telah meyakini bahwa isu-isu yang dilaporkan selama masa pemilihan di kantor mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar pada pemilihan umum daripada kampanye itu sendiri.
Ada dua tingkatan penyusunan agenda. Pertama, menentukan isu-isu umum yang dianggap penting, dan yang kedua menentukan bagian atau aspek dari isu-isu tersebut yang dianggap penting. Dalam banyak tingkat kedua sama pentingnya dengan tingkat pertama, karena member kita cara untuk membuat kerangka isu-isu yang mendasari agenda masyarakat dan media.
Fungsi penyusun agenda adalah sebuah proses tiga bagian. Pertama, prioritas isu-isu yang akan dibahas dalam media atau agenda media, harus diatur. Kedua, agenda media memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang masyarakat pikirkan, menciptakan agenda masyarakat (public agenda). Terakhir, agenda masyarakat memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang para pembuat kebijakan anggap penting disebut agenda kebijakan (policy agenda).
Seperti yang ditunjukkan oleh fungsi penyusunan agenda, ada interaksi antara masyarakat dan media yang masing-masing saling memengaruhi. Akan tetapi, apa itu “masyarakat”? Kita dapat mengukur opini rata-rata dan menyebutnya “opini publik”, tetapi hal ini terlalu menyederhanakan prosesnya.
  
Tradisi Sibernetika
Opini Masyarakat dan Spiral Ketenangan
            Opini yang menyangkut urusan masyarakat, dan opini masyarakat sebagai sebuah kelompok alih-alih beberapa kelompok individu yang lebih kecil. Teori Elisabeth Noelle-Neumann tentang “spiral ketenangan” meneruskan analisis ini dengan menunjukkan bagaimana komunikasi interpersonal dan media berjalan bersama dalam perkembangan opini masyarakat.
            Sebagai seorang peneliti politik di Jerman, Noelle-Neumann mengamati bahwa dalam pemilihan umum, pandangan-pandangan tertentu nampaknya mendapatkan lebih banyak peran daripada pandangan lain. Kadang-kadang, manusia menyimpan opini mereka daripada memberikannya. Noelle-Neumann menyebutnya spiral ketenangan (spiral of silence). Spiral ketenangan terjadi ketika individu yang merasa bahwa opini mereka terkenal senang mengungkapkan diri, sedangkan mereka yang tidak memikirkan tentang opininya terkenal sebagai orang yang selalu diam. Proses ini terjadi dalam sebuah spiral, sehingga salah satu sisi masalah berakhir dengan banyaknya publisitas dan sisi yang lain hanya dengan sedikit publisitas.
            Spiral ketenangan merupakan fenomenan yang melibatkan jalur komunikasi media dan pribadi. Media mengumumkan opini masyarakat, menyatakan opini yang menonjol. Individu mengungkapkan opini mereka atau tidak bergantung pada sudut pandang yang dominan ; media, selanjutnya mengikuti opini yang diungkapkan, dan spiral tersebut berlanjut.
            Teori spiral ketenangan dapat dianggap sebagai bagian dari tradisi sosiopsikologi karena penekanannya pada apa yang manusia lakukan dalam menanggapi situasi yang mereka hadapi, tetapi kami menganggap bahwa teori ini sebenarnya menunjukkan pemikiran sibenertika dengan cukup baik karena interaksi sistematis yang lebih besar menjadi taruhannya. Sesuatu yang menarik dari penelitian Noelle-Neumann adalah interaksi yang kompleks antara pernyataan indiviidu, penggambaran media, dan opini masyarakat.
Penyebaran Informasi dan Pengaruh
            Tidak mengherankan bahwa sistem-sistem pemikiran yang ditamakan secara menyeluruh dalam tradisi sibernetika akan memengaruhi bagaimana kita memperlakukan komunikasi dalam masyarakat dan budaya karena masyarakat itu sendiri dapat dilihat dengan mudah sebagai sebuah sistem yang besar. Anda tidak memiliki jumlah komunikasi yang sama dengan orang lain, tetapi membentuk jalan kecil, kelompok, atau simpul-simpul yang menegaskan jaringan komunikasi sosial yang besar. Teori-teori tentang penyebaran informasi dan pengaruh menggambarkan tradisi ini dengan sangat baik.
            Hipotesis dua langkah Lazarsfeld, pentingnya jaringan interpersonal dijelaskan oleh penelitian awal pada pemungutan suara tahun 1940 yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya di Elmira, New York. Para peneliti ini tanpa diduga menemukan bahwa pengaruh media dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal. Pengaruh ini selanjutnya dikenal sebagai hipotesis arus dua langkah sangat mengejutkan dan memiliki pengaruh yang besar pada pemahaman kita tentang peran media massa.
            Teori arus dua langkah diringkaskan dengan baik dalam buku Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld yang berjudul Personal Influence. Para penulis ini menegaskan bahwa individu-individu tertentu yang terkenal sebagai pemimpin pendapat (opinion leaders) menerima informasi dari media massa dan memberikannya kepada rekan-rekannya. Setiap kelompok memiliki pemimpin pendapat, tetapi individu-individu ini sulit dibedakan dari anggota kelompok yang lain karena kepemimpinan dalam pendapat bukanlah sebuah sifat melainkan sebuah peranan yang diambil oleh beberapa individu dalam situasi-situasi tertentu.
            Teori penyebaran informasi Everett rogers, Rogers menghubungkan penyebaran dengan proses perubahan sosial yang terdiri atas penemuan, penyebaran (atau komunikasi), dan akibat. Perubahan tersebut dapat terjadi secara internal dari dalam sebuah kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen perubahan dari luar. Kontak dapat terjadi secara spontan atau kebetulan, atau mungkin merupakan hasil perencanaan pihak agen luar.
            Dalam penyebaran inovasi diperlukan waktu yang lama untuk menyebarkan sebuah pemikiran. Sebenarnya, Rogers menyatakan bahwa salah satu tujuan penelitian penyebaran adalah untuk menemukan cara-cara untuk mempersingkat kelambatan ini. Ketika ditetapkan, sebuah inovasi akan memiliki akibat, dapat fungsional atau disfungsional, langsung atau tidak langsung, nyata atau tersembunyi. Agen-agen perubahan biasanya mengharapkan agar pengaruh mereka langsung, fungsional, dan nyata, walaupun hasil positif tersebut tidak selalu terjadi.
            Kedua teori dalam tradisi ini merupakan teori-teori yang menggambarkan sistem-sistem komunikasi yang terdiri atas jalur-jalur komunikasi yang menyatukan manusia dalam puteran sibernetika. Akan tetapi, mereka lebih dari sekadar hubungan atau kontak sederhana karena membentuk consensus dan kesamaan melalui komunikasi yang berulang. Walaupun teori-teori sibernetika tidak “terasa” seperti tradisi-tradisi lain dalam konteks ini, teori-teori tersebut memberikan cara untuk memahami bagaimana susunan budaya dan sosial dibentuk dan disebarkan.

 BAB IV
KESIMPULAN
Jembatan Mahakam II merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Bentang panjang jumlahnya banyak dan biaya yang diperlukan untuk membangun juga sangat besar, maka pembangunan jembatan harus dilakukan oleh konsultan dan kontraktor yang mempunyai tenaga ahli bersertifikat. Undang-undang No 18 tentang Jasa Konstruksi yang mempersyaratkan adanya sertifikasi tenaga ahli baru diundangkan tahun 1999, dan pelaksanaannyapun sampai saat ini masih belum berjalan dengan maksimal. Jumlah sarjana teknik yang bersertifikat untuk menjadi Insinyur Profesional masih sedikit sekali. Tenaga ahli konstruksi baik Perencana, Pelaksana, Pengawas maupun Manajemen Konstruksi harus bersertifikat.
Setelah bangunan selesai masa konstruksi masih diperlukan anggaran untuk pemeliharaan. Hampir dipastikan bahwa menentukan biaya pembangunan lebih mudah dan lebih cepat untuk dputuskan. Tetapi alokasi anggaran untuk pemeliharaan dan rehabilitasi bangunan yang telah berdiri sangat sedikit sekali dianggarkan, ataupun kalo kita mau jujur, bahkan tidak ada sama sekali. Perlu diketahu bahwa, minimal anggaran yang harus disiapkan adalah sekitar 1%- 2% dari total biaya awal membangun (initial cost). Biaya pemeliharaan tergantung dari lebar jembatan, panjang bentang, kepadatan lalu lintas dan umur jembatan. Sebagai ilustrasi, Jembatan Chicago yang telah berusia 100 tahun lebih, biaya perawatan setiap tahunnya bisa mencapai 2,82 kali biaya awal membangun.
Diperlukan sistem monitoring jembatan selama masa rencana umur jembatan. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, sangatlah mudah untuk memonitor kondisi jembatan dari waktu ke waktu, bahkan setiap detiknya. Monitoring terhadap pengaruh linkungan, pengaruh lalu lintas, pengaruh efek kelelaham material akan dengan mudah diketahui dan bisa diketahui sejak dini, sehingga peristiwa runtuhnya jembatan secara tiba-tiba dapat dicegah. Sekarang, bagaimana kita memanfaatkan teknologi untuk mencegah terjadinya korban jiwa dan materiil akibat runtuhnya jembatan.
Bisa membuat, tetapi tidak bisa memelihara. Kurikulum Jurusan Teknik Sipil perlu ditinjau ulang. Semua Perguruan Tinggi yang mempunyai Jurusan Teknik Sipil, sebagian besar mata kuliah yang diajarkan adalah bagaimana merencanakan dan merancang bangunan (planning and design), sangat sedikit atau bahkan tidak ada yang mengajarkan bagaimana memelihara bangunan agar awet dan bertahan sampai lebih dari 50 tahun. Harus diakui bahwa mata kuliah pemeliharaan bangunan hanya diajarkan di Program Magister dengan Peminatan Manajemen Konstruksi, itupun hanya 3 sks. Dilain pihak, Perguruan Tinggi sangat minim pakar yang mempunyai pengalaman luas dibidang konstruksi jembatan, karena didalam kenyataannya, profesi sebagai dosen dilarang berpraktek sebagai konsultan perencana jembatatan. Sungguh sangat memprihatinkan, disatu sisi kita perlu dosen yang berpengalaman, tetapi disisi lain dosen tidak boleh berpraktek sebagai insinyur. Tantangan bagi kita semua untuk menyempurnakan UU ttg Jasa Konstruksi maupun UU Sisdiknas.
Perlu Lembaga Independen. Diperlukan kajian dari lembaga independen untuk menegetahui peneyebab dan penanggung jawab runtuhnya jembatan tersebut. Tidaklah mudah mencari penyebab runtuhnya jembatan, apalagi mencari siapa yang harus bertanggung jawab. Menurut peraturan perundangan yang berlaku, UU 18/1999, harus ada yang bertanggung jawab terhadap adanya kegagalan struktur, apalagi yang menyebabkan terjadinya korban jiwa. Yang bertanggung jawab bisa Pengguna Jasa (Pimpro) atau Penyedia Jasa (konsultan). Kontraktor; adakah unsur perbuatan melanggar hukum oleh para pihak. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dan penyelidikan secara forensik.
Semoga pelajaran dari runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara bisa dipetik untuk dijadikan pengalaman yang berharga bagi kita semua. Sekali lagi pesan dari Kukar: jangan hanya bisa membuat tetapi yang lebih penting adalah memanfaatkan dan memeliharanya.
 BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Liteljhon, Stephen W.  and Fos, Karen A. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2009
Lippman, Walter. Public Opinion. New York: Macmillan, 1921
Noelle-Neumann, Elisabeth. “The Spiral of Silence : Public Opinion-Our Social Skin. Chicago: University of Chicago Press, 1984
VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar