Nama : Rica Yolanda
NIM : 1209406052
Jurusan : Ilmu Komunikasi Prodi Hubungan Masyarakat
Semester/Kelas : VI/Humas B
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam sejarahnya
umat manusia senantiasa memperbaiki taraf kehidupannya, diantara peradabannya
itu kita mengenal dengan terminologi “teknologi”, yang dimana teknologi itu hadir sebagai upaya manusia
mencari-cari cara/teknis tertentu yang dapat semakin mempermudah kehidupannya.
Pada akhir abad ke-18 dan awal
dari abad ke-19, ditandai dengan munculnya revolusi industri dimana perubahan
secara besar-besaran baik dari segi teknologi, sosioekonomi maupun budaya telah
menghantarkan babak baru bagi peradaban manusia ke jaman serba mesin,
automatisasi dan bahkan kini komputerisasi.
Hubungannya dengan
teknologi dimana alih-alih diperuntukan untuk memudahkan dan mensejahterakan
kehidupan umat manusia, namun dalam kenyataannya tidak terbantahkan lagi justru
dengan kemajuan teknologi ini manusia semakin menjadi keji, kejam dan tak kenal
kasihan dalam melakukan peperangan. Teknologi seperti hanya semata-mata sebagai
pelayan pemenuhan hawa nafsu, kebodohan dan keserakahan belaka, teknologi
pulalah yang memberikan manusia kemampuan untuk memusnahkan bangsa spesiesnya
sendiri secara massal. Selain peperangan, dampak negatif dari keberadaan
teknologi tidak berhenti disitu, kita dapat melihat bahwa tindak terorisme,
tindak kriminial, tindak asusila, kebohongan, perjudian, dan masih banyak lagi
tindak penyimpangan sosial yang merupakan penyakit masyarakat sepanjang jaman
yang cukup diuntungkan dalam pertumbuhannya dengan keberadaan kemajuan
teknologi ini, bahkan alam pun tidak terelakan menjadi korban eksploitasi
besar-besaran oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab hingga menyebabkan
kerusakan sehingga tidak perlu diragukan lagi, kembali yang menjadi penerima
dampak itu ialah umat manusia sendiri. Benarkah peradaban manusia itu semakin
membaik? Seperti itu kah tujuan diciptakannya teknologi
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Teknologi
sejak dulu telah ada dan manusia sudah menggunakan teknologi dan pada
hakekatnya prilaku manusia adalah untuk berkomunikasi seperti yang di kemukakan
Colin Cherry (1957) komunikasi adalah suatu proses dimana fihak-fihak peserta
saling mengunakan komunikasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian bersama
yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua fihak yang
bersangkutan, dan teknologi adalah produk yang digunakan dan dihasilkan untuk
memudahkan dan meningkatkan kinerja atau Struktur atau sistem di mana proses
dan produk itu dikembangkan dan digunakan Seseorang. Bisa di sebut bahawa
teknologi berupa sarana manusia dalam berkomunikasi secara sosial. Manusia
menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar
dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya dan ingin
menjalin hubungan dengan masyarakat sosial lainnya.
Pengertian Teknologi
Teknologi
adalah alat-alat yang dibuat atau dirancang oleh manusia yang bertujuan untuk
memudahkan kegiatan-kegiatan manusia. Sementara, pengertian dari komunuikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain
agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan
antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam
bahasa latin Communico yang artinya
membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).
Harold D. Lasswell bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“Siapa yang menyampaikan, apa yang dsampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya”.
Steven, bahwa komunikasi terjadi
kapan saja suatu organism memberi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli.
Definisi yang dibuat oleh kelompok
sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia
(human communication) bahwa :
“Komunikasi
adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesame manusia (2) melakukan
pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4)
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book, 1980).
Everett M, Rogers, komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Roger dan D. Lewrence Kincaid
(1981), Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam.
Shannon dan Weaver (1949),
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi
satu sama lainnya. Sengaja atau tidak sengaja.
Pengertian Teknologi Komunikasi
Kata
Teknologi berasal dari asal kata latin Texere yang berarti to weave (menenun)
atau to construct (membangun) (Rogers, 1986. Kata Teknologi tidak hanya
terbatas kepada pengguna mesin-mesin, meskipun dalam pengertian sempit sering
digunakan keterkaitan teknologi dan mesin dalam bahasa sehari-hari. Technology
is a design for instrumental action that reduces the uncertainly in the
course-effect relationships invalved in achieving a desired outcome.
Sebuah teknologi biasanya terdiri dari aspek Hardware (perangkat keras) dan Software (Perangkat Lunak). Salah satu jenis teknologi adalah Teknologi Komunikasi.
Teknologi Komunikasi adalah peralatan perangkat keras; struktur-struktur organisasional dan nilai-nilai sosial yang dikoleksi, diproses dan menjadi pertukaran informasi individu-individu dengan individu-individu lainnya.
Sebuah teknologi biasanya terdiri dari aspek Hardware (perangkat keras) dan Software (Perangkat Lunak). Salah satu jenis teknologi adalah Teknologi Komunikasi.
Teknologi Komunikasi adalah peralatan perangkat keras; struktur-struktur organisasional dan nilai-nilai sosial yang dikoleksi, diproses dan menjadi pertukaran informasi individu-individu dengan individu-individu lainnya.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Kronologis Singkat
Perkembangan Teknologi Komunikasi, Everett M Rogers menyebutkan bahwa perkembangan teknologi komunikasi melalui
empat era, yaitu :
a.
Era komunikasi tulisan (4000 SM – hingga kini)
b.
Era komunikasi cetak (1456 – hingga kini )
c.
Era telekomunikasi (1844 – hingga kini)
d.
Era komunikasi interaktif (1946 – hingga kini )
Namun bila merujuk
pada perkembangan teknologi secara
keseluruhan maka perkembangan teknologi komunikasi dapat disusun dalam
garis besar sejarah perkembangan teknologi komunikasi yang tersusun secara
periodik melalui empat tahap seperti di
paparkan dibawah ini :
1.
Jaman pra-sejarah
2.
Jaman transisi
3.
Jaman revolusi industri dan pasca revolusi industry
4.
Jaman modern
Sejarah Perkembangan Teknologi
Komunikasi
Usaha-usaha untuk manusia berkomunikasi lebih
jauh, terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian
tempat-tempat pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai, diplih untuk
memudahkan mereka dapat berkomunikasi dengan dunia luar menggunakan perahu,
rakit, dan sampan. Pemukul gong di Romawi dan pembakar api yang mengepulkan
asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu
di medan perang.
Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan lebih
banyak gerak-gerik, sikap tubuh dan mimik, tetapi perumusan pesan itu sendiri
lebih dimungkinkan oleh adanya bahasa dan lambang-lambang yang dapat dipahami
bersama. Kemampuan untuk menggambar atau menuliskan lambang-lambang yang
memiliki arti adalah sutau keunikan dari spesies manusia, dan ini menjadi salah
satu perbedaan paling signifikan antara manusia dengan mahluk yang lain di bumi
ini. Manusia sudah mulai menggambar dan melukis lambang-lambang di batu sejak
tahun 35.000 SM, dan ilustrasi-ilustrasi serupa ini menjadi sebuah bagian
penting dalam kehidupan manusia selama berabad-abad
Perkembangan teknologi komunikasi
jaman Pra-sejarah
a.
Tahap Memori Aiding Stage : ( >
20.000 SM)
Pada
tahap ini manusia masih berada dalam tatanan jaman primitif. Mereka masih
tinggal di gua-gua dengan mengandalkan hidup sepenuhnya pada alam. Mereka belum
mengenal sistem hidup bermasyarakat, belum mengenal cara bertani. Komunikasi
diantara mereka sebatas hanya pada anggota kelompok mereka. Jadi boleh
dikatakan komunikasi hanya diarahkan pada inter kelompok dan belum antar
kelompok. Di dalam oleh komunikasinya mereka hanya sebatas menggunakan alat bantu yang ada pada
tubuhnya, yang diwujudkan dalam bentuk bahasa isyarat atau sering juga disebut
dengan Body language. Mereka belum
mengenal bahasa verbal, apalagi alat bantu lain dalam proses komunikasinya.
b.
Tahap Pictorial Era Periode
Pada
tahap ini selangkah peradaban dan
kebudayaan mereka tambah maju. Komunikasi tidak saja sebatas anggota
dalam kelompoknya, akan tetapi juga telah meluas sampai pada kelompok yang
lain. Jadi tidak lagi inter kelompok, tetapi sudah antar kelompok. Walaupun
sederhana mereka sudah mengenal sistem hidup bermasyarakat, bercocok tanam dan
juga masih berburu binatang. Diperkirakan oleh para ahli, pada tahap ini mereka
juga sudah mengenal bahasa verbal atau bahasa ucap (walaupun juga masih
serhana). Salah satu kemajuan lainnya yang dicapai peradaban masyarakat pada
masa ini ialah dengan diciptakannya lambang-lambang visual sebagai alat bantu
mereka didalam proses komunikasinya. Alat bantu visual tadi berupa
gambar-gambar binatang yang peninggalannya banyak diketemukan di
dinding-dinding gua misalnya : gua Lascaux (Dordogne, Perancis), gua Altamira,
Arana (Spanyol), gua Addayra (Sissilia, Itali) dan lain sebagainya.
Lukisan-lukisan tadi menurut analisa ahli arkeologi berasal dari jaman
Palaeolitichum (20.000-10.000 SM).
Adanya lukisan-lukisan tadi maka diperkirakan sejak saat itu manusia
telah mulai dapatmemformulasikan pesan-pesan dengan menggunakan media bantu
simbol Visual dengan kategori yang sederhana. Gambar atau lukisan tadi disebut
dengan Pictogram.
c.
Tahap Ideographic Stage
Peradaban
komunikasi khususnya dan manusia pada umumnya mulai selangkah lagi lebih maju.
Pada phase ini manusia didalam sistem
kemasyarakatannya mulai teratur, mengenal sistem bangunan, sistem pengairan
pertanian dan juga sistem sistem komunikasi yang baik. Kalau pada tahap
sebelumnya symbol visual digambarkan dalam bentuk binatang, pada tahap ini
mereka telah dapat memformulasikan
huruf-huruf sebagai lambang visualnya. Huruf-huruf sebagai lambang komunikasinya disebut dengan
Huruf Ideogram, yakni satu bentuk huruf yang didalamnya mencakup pengertian : Ide
atau bisa disebut satu huruf bukan merupakan makna satu bunyi akan tetapi satu
pengertian atau konsep. Contoh dari Ideogram ini adalah huruf Hyreogliph, yakni
bentuk huruf dari mesir kuno yang dapat dikuak rahasianya (diterjemahkan /
dibaca) oleh Champollion (ahli sejarah Prancis yang dibawa oleh ekspedisi
Napoleon 1822). Sedangkan model huruf ideogram yang ada sampai saat ini
adalah huruf Cina ). Pelu ditambahkan
lagi juga bahwasannya pada tahap ini manusia sudah tinggi peradaban dan
kebudayaannya karena disamping hal-hal tersebut diatas manusia juga sudah
menggunakan bahasa lisan sebagai alat komunikasi primer secara sempurna.
d.
Phonetic Stage
Tahap
ini ditandai dengan semakin sempurnanya alat bantu yang dipakai manusia dalam
berkomunikasi. Karena pada tahap inilah manusia dapat menyusun abjad huruf
seperti apa yang kita kenal saat ini. Abjad yang tersusun secara teratur saat ini berasal dari
tulisan yang tidak berabjad secara teratur
yang diketemukan Situs dipulau Kreta, pusat kebudayaan Minea kuno. Seorang
sarjana archeologi Inggris, Sir Arthur Evons, menemukan peninggalan
tulisan berbentuk baris dari tahun
1700-1550 SM. Tulisan tadi dibagi dalam bentuk A dan B. Dari bentuk Alpha dan
Betha tadi maka seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia
muncullah apa yang kita kenal dengan istilah “Alphabet”. Yakni susunan
symbol/tanda yang menggambarkan unsur-unsur suara pribadi seseorang manusia.
Penggunaan abjad ini disempurnakan lagi pada masa Yunani mengalami kejayaan.
Disamping diketemukan Alphabet, pada tahap ini manusia juga telah menemukan
media sebagai cikal bakal media massa dalam proses komunikasi manusia. Media
itu adalah bernama Acta Diurna, yang diperkenalkan oleh Yulius Caesar pada
100-44 SM. Acta Diurna adalah berupa
papan tempel yang didalamnya ditempelkan informasi-informasi aktual yang perlu
diketahui oleh masyarakat. Acta Diurna ditempatkan di Forum Romanum (yakni
Alun-alun kota Roma) dengan maksud agar informasi tadi dapat dibaca oleh
seluruh penduduk Roma. Media Acta Diurna yang artinya catatan harian ini
dianggap sebagai cikal bakal surat kabar modern. Hal ini disebutkan unsur-unsur
yang ada pada Acta Diurna ini seperti unsur-unsur yang melekat pada surat kabar
modern.
Perkembangan Tek. Kom Masa Transisi
(1100 – 1750 )
Masa
ini adalah masa antara runtuhnya kekeaisaran Romawi hingga ditemukannya mesin
uap tahun 1750 (revolusi industri). Pada masa tersebut Eropa dikuasai bangsa
Babar sehingga tidak ada catatan tentang perkembangan teknologi komunikasi. Hanya saja di Cina
ditemukan bahwa tahun 1190 telah ditemukan tulisan-tulisan dalam bentuk buku. Kaligrafi
tujuh puisi yang ditulis dalam buku ( 1190) Setelah mengalami kemandegan akibat
dijajah maka pada abad ke 14 muncul beberapa pabrik kertas di Eropa yang
mengacu pada teknologi yang dimiliki bangsa
China. Munculnya pabrik kertas muncul pula surat kabar yang ditulis
dengan tulisan tangan seperti Strange News di Ingris, Gazetta di Itali, Nova di
Perancis. Pada tahun 1440 seorang bangsa Jerman bernama Johannes Gutenberg
menemukan mesin cetak yang menjadi
tonggak berlakunya komunikasi menggunakan simbol-simbol tercetak. Tahun 1452
Gutenberg telah menggunakan plat metal untuk sistem mesin cetaknya yang terdiri
dari 42 baris.
Perkembangan Tek. Kom masa dan
pasca revolusi industri (1750 – 1900 )
Pada
masa ini toggak sejarah perkembangan teknologi komunikasi didahului dengan
ditemukannya mesin uap oleh James watt. Pengunaannya pada tahun 1785 dalam
industri menimbulkan massifikasi produksi yang memaksa pencarian raw material secara ekspansi ke luar Eropa.
Melalui ekspansi ke luar Eropa tersebut menimbulkan kesadaran akan teknologi
yang mampu mengatasi jarak ruang dan waktu. Teknologi yang pertama masa ini
adalah dengan ditemukannya Mesin telegraf oleh Morse pada tahun 1832.
Perkembangan teknologi komunikasi
jaman modern (1940 – sekarang )
Jaman
modern merupakan jaman ketika komunikasi
sudah mulai menyatukan manusia di
berbagai belahan dunia tanpa terhalangi oleh jarak, ruang dan waktu. Era ini
mulai muncul ketika tahun 1942 ditemukan
komputer mainframe pertama di
Philadelphia Amerika Serikat yang disebut sebagai ENIAC ( electronic numerical
integrator and calculator ). Lompatan yang menakjubkan pada jaman ini adalah
ditemukannya media yang disebut sebagai “multi media” yaitu perpaduan tiga
teknologi utama yaitu telepon, komputer dan televisi atau dalam istilah lain
disebut sebagai pertemuan 2 C yaitu
computer and communication.
Penemuan multi media ini membawa
perubahan pada perilaku komunikasi yang dilakukan sehingga komunikan yang
tadinya bersifat pasif menjadi bersifat aktif dengan dapat segera
memberikan feedback terhadap informasi
yang diterimanya tersebut. Munculah kemudian istilah interactive multi media yang menjadikan jaman
modern ini sebagai masa komunikasi interaktif.
Teknologi Komunikasi Indonesia
Saat
ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun
telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah kebawah dan golongan
menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat
perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun
kelompok.Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi
telekomunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan
kecanggihannya. Bila kita mendengar kalimat
tersebut yang terbayangkan di pikiran kita adalah kecanggihan teknologi,
peradaban modern saat ini yang tidak bisa dipisahkan dari barang2 elektronik
digital yang harga nya mahal, komputer canggih super mahal, super cepat, super
lengkap, full access, semua nya dapat dilakukan hanya dengan duduk tenang dan
menyibukkan tangan dan mata didepan layar monitor, lalu kita bisa langsung
berkomunikasi dengan teman, dosen, orang tua, pacar, yang berbeda jarak 2km
atau bahkan beribu - ribu kilo meter jarak nya dari kita.
Peradaban modern adalah peradaban yang tidak mengenal jarak
lagi, kehidupan begitu mudah tanpa harus berpergian berjam - jam yang
menghabiskan banyak waktu, tenaga, dana kita. Contoh internat, sejarah lahirnya
internet adalah dalam usaha percobaan Uni Soviet meluncurkan satelit buatan
pertama SPUTNIK di tahun 1957 hingga puncak perkembangannya tahun 1990
merupakan tahun paling bersejarah ketikaTim Berners-Lee berhasil menciptakan program editor dan browser yang
mampu menelusuri antara satu komputer ke komputer lainya dalam jaringan.
program inilah yang dikenal sebagai World Wide Web (www)dan sudah banyak banget
manfaatnya sampai sekarang menjadi alamat awal yang dipakai dalam setiap alamat
situs. yang menjadi teknologi tercepat saat ini dalam berkomunikasi antar
tempat, antar wilayah, bahkan antar negara sekalipun kita dapat bertatap muka
langsung dalam berkomunikasi, bahkan dalam hubungan bisnis antar pemerintah
negara dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus berpergian ke negara yang
bersangkutan, canggihnya peradaban saat ini telah mengangkat alat komunikasi
kita untuk terus berkembang mengikui perkembangan kebutuhan manusia.adanya
internet benar - benar telah banyak membantu karena dari internet ini berbagai
hal dapat kita temui dan kita cari, sesuai kebutuhan dan yang kita inginkan,
mencari artikel untuk bahan mengerjakan tugas, bahan referensi skripsi, bahkan
sampai cara memasak yang baik dan enak itu seperti apa. Pokoknya dari adanya
internet banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil.
Di Indonesia, jumlah pengguna Internet menurut perkiraan
sebesar 1 juta orang dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia. Angka tersebut
sangatlah kecil dibandingkan dengan rasio pengguna di Amerika Serikat.
Berdasarkan data yang didapat dari APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia) dari 11.000 Sekolah Menengah Umum (SMU) di Indonesia, kurang dari 2%
yang mempunyai sambungan ke Internet. Itu pun terkonsentrasi di wilayah
Jabotabek dan kota-kota besar di Pulau Jawa.
Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menjadikan Indonesia
tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya yang telah terbiasa
memanfaatkan Internet untuk pendidikan di sekolah-sekolah. Di sisi lain,
memasuki abad ke-21 ini, diperkirakan kebutuhan tenaga ahli di bidang teknologi
informasi akan meledak dan berbagai urusan diperkirakan hampir semuanya akan
berbasiskan Internet
SUDUT PANDANG ISLAM MENGENAI
TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Peradaban Islam sangat berbeda
dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang teknologi. Para
cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah
cabang ilmu pengetahuan yang sah. Fakta itu terungkap berdasarkan
pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di
Abad Pertengahan.
Demikian pula ajaran Islam ia
tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan
lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam
menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang
disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu
sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika
terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya. Bukanlah Alquran
sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yang sempit? Allah SWT
telah berfirman yang artinya “Di sekali-kali tidak menjadikan kamu
dalam agama suatu kesempitan.”
Di sinilah Islam sebagai agama
paripurna yang mampu memberikan petunjuk bagi manusia. Ini semua tidak lepas dari
karakter agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.Memang dalam abad teknologi dan era globalisasi ini
umat Islam hendaklah melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan
pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dan takwa serta
tidak ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pandangan Islam Dalam Sistem
Komunikasi
Sistem komunikasi yang berdsarkan Al-Qur'an dan Sunnah tidak
menafsirkan konsep-konsep komunikasi manusia yang berlandaskan pengalaman dan
pengetahuan manusia. Menurut pandangan sekuler, komunikasi adalah kemampuan
manusia yang diperoleh melalui perkembangan biologis di mana organ-organ utama
manusia memainkan peran penting, namun pada saat yang sama para peneliti
mengatakan, " Tidak seorang pun yang tahu bagaimana kemampuan berbicara
makhluk inimmulia. Namun menurut pandangan Islam, manusia adalah makhluk paling
mulia yang semua kemampuan yang diperolehnya menunjukan anugrah Allah. Selain
dianugrahi kemampuan-kemampuan lainnya , manusia dianugrahi kemampuan untuk
berbicara, memahami, membedakan, dan menjelaskan apapun yang ia persepsi,
amati, dan alami. Al-Qur'an menggunakan istilah Bayyan untuk menunjukkan
kualitas ini. " ( ali, 1996:227 ).
Dalam konteks ini, terdapat pengakuan Allah sendiri yang
memberikan panduan bagaimana manusia harus berkomunikasi, dan manusia wajib
mengikuti prinsip-prinsip komunikasi tersebut. Dengan kata lain, sistem
komunikasi Islam didasarkan atas ideologi atau ajaran Islam itu sendiri, yang
sering disebut pandangan hidup dan jalan hidup ( Ad-din ). Misi Islam adlah
untuk kebaikan bagi manusia, sebagai rahmat bagi semesta alam, agar manusia
menjadi khalifah di bumi dengan tugas untuk mewujudkan sifat-sifat Allah (
Adil, pemaaf, pengasih, penyayang, dan sebagainya ), sebatas kemampuan mereka ,
juga untuk menyuruh kebajikan dan mencegah kemungkaran. Dengan misi demikian ,
Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia , termasuk cara berkomunikasi yan
gharus dilakukan manusia dengan sesamanya.
Allah lewat firman-Nya dan Nabi lewat sunnah-Nya mengajarkan
bagaimana manusia harus berkomunikasi dengan orang tua, anak, tetangga, tamu,
yatim piatu, janda, orang miskin dan lain sebagainya. Al-Qur'an mengajarkan
sifat-sifat baik yang haurs dimiliki oleh peserta komunikasi, seperti
kebajikan, ihsan, keadilan, kebenaran, makruf, dan takwa. ( Ali, 1996:230-232
).
Secara sederhana, sistem komunikasi Islam didasri dua misi utama
Islam. yakni untuk menegakkan tauhid ( Ke-esaan Tuhan ) dan amar ma'ruf nahi
munkar ( Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. (Soemarno,Deddy
mulyana, Darmawan Zainun, 2006 : 8.5-8.6 )
Pandangan Islam Terhadap Teknologi
Islam adalah Agama Rahmatallil'alamin yang artinya rahmat
bagi semua alam. Manusia adalah makhluk ALLAH yang paling sempurna. Kita diberi
Cipa, rasa, dan karsa. Kita diberi kemampuan untuk merasakan segala sesuatu
yang makhluk lain tidak rasakan. ALLAH pun ketika memberikan wahyu kepada Nabi
Muhammad SAW. Kalimat yang pertama adalah " BACALAH". Artinya apa?
Artinya adalah kita sebagai hamba ALLAH Hendaknya selalu
membaca. membaca dalam hal ini tidak hanya membaca sesuatu yang bersifat
tulisan. api juga sesuatu yang bersifat visual. Yang berupa gambaran kehidupan.
Kita membaca bagaimana ALLAH menciptakan Gunung, dll. Betapa hebatnya sang
pencipta ketika kita diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Dan
betapa congkaknya kita ketika kita ditakdirkan untuk menjadi khalifah, kita
dengan congkaknya menerima Tawaran ALLAH SWT.
Mengenai Pandangan islam tentang teknologi. Islam sangat
mendukung sekali tentang Teknologi. Hanya saja Islam membatasi penggunaan
teknologi sebagaimana mestinya agar bisa memberi manfaat bagi semua orang.
Islam adalah agama yang mulia. Tidak ada agama yang lebih mulia dari islam.
Mengapa Islam memberi batasan dalam penggunaan Teknologi?
Agar kita sebagai Umat Islam selalu tahu posisi kita ada dimana? Apakah posisi
kita bermanfaat bagi orang lain atau tidak? Apakah posisi kita merugikan pihak
lain atau tidak? semuanya sudah diatur oleh ISlam agar kita dalam bermuamalah
tidak ada yang rugi dan merugikan. karena Islam adalah Rahmat Bagi semua Alam.
Teknologi
Komunikasi Yang Aplikatif Dan Kontekstual Bagi Masyarakat Muslim Ditanah Air
“Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” QS Ar
Rum : 41.
“Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” QS Al A’raf : 56.
Sebenarnya tidak
ada yang salah dengan pencapaian manusia dalam peradabannnya akan kemajuan
teknologi ini, namun lain halnya dalam upaya pemanfaatan manusia terhadap
teknologi. Dalam sebuah buku karya Samuel Huntington (1997) “The Clash of Civilizations (Benturan Peradaban)”, menyatakan bahwa
konflik yang terjadi antar peradaban melainkan benturan yang terjadi atarnilai.
Sehubungan dengan hal itu, Fritjof Capra (1998)
dalam bukunya “The Turning Point: Science, Technology and The
Raising Culture (Titik Balik Peradaban)”menyampaikan “Visi Realitas Baru” yang
antara lain berintikan pandangan hidup, sistem kehidupan, dan keutuhan hidup
(Mulyana, 2004) yang bertitik tolak
dari keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik secara lokal, regional,
nasional maupun internasional berdasarkan nilai-nilai universal seperti
kebenaran, keadilan, kejujuran, kebajikan, kearifan, kasih sayang, dan lain
sebagainya. Lalu dimanakah peran agama selama ini, bukankah muatan nilai-nilai
tersebut yang dibawa selama ini oleh agama? Atau benar agamalah yang justru
menyeret umat manusia kedalam kehancuran seperti melalui peperangan? Tidak
adakah nilai-nilai yang menjadi landasan kesadaran manusia dari agama dalam
berperilaku yang layak bagi dirinya, sesamanya dan alam sekitarnya?.
Kita selaku umat Islam yang
meyakini agamanya sebagai Rahmatan lil’alamiin yang memuat nilai-nilai
universal tersebut perlu menegaskan bahwa Pertama, agama
ini tidak menjadikan peperangan sebagai cara untuk hidup namun lain halnya jika
dalam upaya bertahan hidup dari ancaman dan serangan luar. Kedua, dalam kaitannya dengan teknologi, selain kedudukan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang bukan saja diterima melainkan dianjurkan serta dalam hal
pemanfaatannya Islam melalui syariatnya yang suci memandang penting hal
tersebut. Ketiga, Islam memandang perkembangan IPTEK sebagai roda
peradaban manusia tidaklah cukup menjadikan manusia itu sempurna dalam hidupnya
jika tidak disertai dengan sikap takwa sebagai jaminan dari keselamatan hidup
dirinya sendiri dengan sesamanya bahkan alam sekitarnya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka.” QS Al-Imran 190-191.
“Dan Kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu
adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.” QS Shaad : 27.
“Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al-Mujadilah 11.
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya
Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu
buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada
garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang
hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata
dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama
(ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah). Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” QS Faathir 27-28.
Dalam kaitan
keberadaan dan kedudukan ilmu pengetahuan, khususnya teknologi dengan Islam
sebagai sistem nilai merupakan pembahasan para pakar dan ulama yang amat
beragam dan kompleks serta terus berkembang sampai saat ini, namun penulis
dalam kesempatan ini lebih tertarik untuk mengangkat tema tertentu di wilayah
teknologi informasi dan komunikasi yang aplikatif dan kontekstual bagi
masyarakat muslim ditanah air. Perkawinan antara teknologi transmisi mutakhir
dengan komputer telah melahirkan sebuah era baru, yaitu era informasi yang tidak terkecuali bangsa Indonesia yang turut
serta di dalamnya.
Collin Cherry mengungkapkan
perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dapat disebut dengan
istilah explosion, yaitu Pertama, secara potensial teknologi komunikasi dapat menjangkau
seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah
berlipat ganda secara geometrik. Kegita, kompleksitas
teknologinya sendiri semakin canggih(shopisticated) baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya.
Berdasarkan dampak dari perkembangan teknologi tersebut, maka masyarakat muslim
di Indonesia sekalipun tidak terkecuali masuk ke dalam era masyarakat
informasi. Dengan arus informasi yang pesat dan besar secara kapasitas, dalam
hal ini tentunya perlu memerhatikan pengendalian yang tepat sebagai upaya dari
perlindungan terhadap informasi-informasi yang kurang baik tentunya.
Pentingya tentang
sistem informasi ini dengan kaitannya terhadap masyarakat, Ziauddin Sardar
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tentang masyarakat dipengaruhi oleh empat
jenis sistem informasi yang membentuk sifat dan karakternya, yaitu :
1.
Weltanschauung (pandangan dunia)
yang mengaitkan kosmologi dan etika baik itu berorientasi teistik (ketuhanan)
maupun non-teistik
2. Tentang pengetahuan
masyarakat (nasionalisme)
3. Lembaga-lembaga
sosial
4.
Filsafat atau cara pandang pribadi.
Oleh karena itu
pengendalian akan arus informasi dan komunikasi dalam sudut pandang Islam ialah
dengan tetap memperhatikan tujuh konsep pokok yaitu keesaan, ilmu dan
pengetahuan, hikmah/kebijakan, keadilan, konsesus/keumuman, musyarawah,
kemashlahatan umum, dan persatuan.
Seperti yang dapat
dipahami bersama bahwa komunikasi dalam kontak sosial masyarakat senantiasa
membandingkan sejauh mana pesan yang disampaikan dengan pesan yang dapat
diterima baik dari segi jumlah maupun daya serap informasi yang dapat
dimengerti, dalam hal ini tinjauan yang dilakukan bukan hanya dari segi
keefektifan semata melainkan juga tingkat efesiensinya. Komunikasi secara
leksikal berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Secara bahasa komunikasi
berarti bersama-sama (common,
commoness: Inggris) berasal dari bahasa
Latin yakni communicatio yang
berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran.
Sedangkan menurut Claude Shannon dan Warren Weaver (1949), dalam karyanya Mathematical
Theory of Communication, melihat komunikasi
sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai
transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media
komunikasi sebagai proses yang dimana melihat kode sebagai sarana untuk
mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan
efisiensi proses.
Komunikasi yang
dimaksud dalam Islam tentunya bukan hanya komunikasi secara horizontal kepada
sesama namun juga komunikasi yang terjadi secara vertikal antara Pencipta yaitu
Allah S.W.T dengan kita sebagai hamban-Nya. Para pemikir muslim telah
mengembangkan teori-teori komunikasi yang menjadi komunikasi alternatif yang
kemudian kita sebut sebagai Komunikasi
Islam yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan dan fitrah penciptaan manusia. Adapun komunikasi Islam
menitikberatkan akan adanya unsur-unsur nilai ke-islam-an dari pada komunikator ke komunikannya yang sesuai
dengan Al-Quran dan Al-Hadist. Dalam konteks tersebut Madjid Tehranian,
mengungkapkan bahwa dalam prepektif Islam komunikasi haruslah dikembangkan
melalui Islamic World-View yang selanjutnya menjadi asas pembentukan teori komunikasi Islam seperti
aspek bahwa kekuasaan mutlak hanyalah milik Allah, serta peranan institusi
ulama dan masjid sebagai penyambung komunikasi dan aspek pengawasan syariah
yang menjadi penunjang kehidupan muslim. Kualitas komunikasi yang dimaksud pun
menyangkut nilai-nilai kebenaran, kesederhanaan, kebaikan, kejujuran, integritas,
keadilan, ke-sahih-an pesan dan
sumber yang ditegakkan atas sendi hubungan Islamic Tringular
Relationship yaitu antara Allah,
Manusia, dan Masyarakat. Adapun Methatheory yang dapat diketengahkan dari aspek epistemologi,
ontologi, dan presfektifnya dapat dimulai dari pembenahan aspek nilai-nilainya
yang berdasarkan tauhid, persatuan umat dengan adanya persamaan makna, serta
orientasi kebahagiaan hidup akhirat sebagai tujuan akhirnya. Mengenai prinsip
dan etika tata cara berkomunikasi, ada baiknya kita memperhatikan ayat-ayat
Al-Quran sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin
agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang
beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” QSAn-Nuur 19.
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” QS Al-Hujaraat
6.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
QS Al-Israa’ 36.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dan janganlah kamu
mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal
dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”
QS An-Nahl 90 & 116.
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
(segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah) dan mencegah dari yang
munkar(segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya); merekalah
orang-orang yang beruntung.” QSAli-‘Imran 104.
Pendidikan dituntut
untuk memiliki wawasan pemikiran ke depan dan mampu membaca peluang dan
tantangan global. Di samping itu, harus mampu memelihara perilaku etik pribumi
yang harus dipertahankan sesuai dengan keanekaragaman dan keunikan yang
dimiliki. Sastrapratedja (dalam K. Kaswardi, 1993: 3) menyatakan
bahwa untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda seperti itu, tidak hanya
memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga memerlukan
pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian dan etik-moral.
Pendidikan nilai
atau moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen
integrasi pribadi. Pendidikan nilai merupakan bagian internalisasi nilai-nilai
akhlak manusia secara umum. Dalam hal ini Islam telah menyebutkan secara rinci
dan sangat luas tentang nilai-nilai akhlak yang sangat berguna bagi umat
manusia dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat. Pendidikan nilai/moral di
istilahkan dalam Islam secara tepat menjadi Akhlaq, Secara etimologis Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya: tingkah Laku, budi,
tabiat dan adab. Adapun secara istilah menurut Abu Hamid Al Ghozali “Akhlaq
adalah sesuatu yang menggambarkan tentang prilaku seseorang yang terdapat dalam
jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa
terpikir sebelumnya. Dan jika sumber prilaku tersebut didasari oleh perbuatan
yang baik dan mulia yang dapat ditinjau (dibenarkan) oleh akal dan syari’at
maka ia dinamakan akhlaq yang mulia, namun jika sebaliknya maka ia dinamakan
akhlaq yang tercela”. Dikesempatan lain
seraya menguatkan dari segi sistem nilai, menurut Abu Ridho yang dimaksud
akhlak Islam adalah seperangkat tindakan dan suluk (prilaku) serta gaya hidup
yang terpuji yang merupakan repleksi dari nilai-nilai Islam yang telah menjadi
keyakinan dan keperibadiannya dengan motivasi semata-mata keridhaan Allah SWT.
Nilai adalah suatu
kecenderungan perilaku yang berawal dari gejala-gejala psikologis, seperti
hasrat, motif, sikap, kebutuhan dan keyakinan yang dimiliki secara individual
sampai pada wujud tingkah lakunya yang unik. Sedangkan Allport menyatakan bahwa
nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Bagi Allport nilai terjadi pada wilayah psikologis kepribadian (Allport, 1964:
4). Adapun Kluckhon (Mulyana, 2004:5) lebih panjang merumuskan tentang nilai.
Ia mendefinisikan nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi
pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Sementara
Bramel (Mulyana, 2004:5) mengungkapkan bahwa definisi itu memiliki banyak
implikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian lebih
spesifik. Implikasi yang dimaksud adalah:
- Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif
(logis dan rasional) dan proses katektik (ketertarikan atau penolakan
menurut kata hati).
- Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu
tidak bermakna apabila diverbalisasi.
- Apabila hal itu berkenan dengan budaya, nilai
diungkapkan dengan cara yang unik oleh individu atau kelompok.
- Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka
perlu diyakini bahwa nilai pada dasarnya disamakan daripada diinginkan, ia
didefinisikan berdasarkan keperluan sistem kepribadian dan sosial budaya
untuk mencapai keteraturan atau untuk menghargai orang lain dalam
kehidupan sosial.
- Pilihan di antara nilai-nilai alternatif dibuat dalam
konteks ketersediaan tujuan antara means dan ends, dan
- Nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya
dan pada saat yang sama ia adalah norma-norma yang telah disadari.
Sedangkan Istilah
karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “character”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara
istilah, dari “The stamp of individually or group impressed by
nature, education or habit”. Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Islam sebagai
sistem nilai tentunya merupakan sumber nilai yang sempurna bagi umat manusia
dalam memberikan acuan tingkah laku dan interaksi sosial dalam hidupnya, tidak
terkecuali sebagai paradigma mendasar dan aman dalam ruang ekspresif dan
reflektifnya secara individual. Pemeluk agama ini, tentunya mengakui dan
menyadari bahwasyahnya, Islam sebagai sistem nilai telah mencapuk seluruh aspek
dalam kehidupannya, termasuk budaya dan kebudayaan dalam kaitannya dengan
sains, teknologi dan seni sebagai salah satu produk budaya disamping tata nilai
itu sendiri.
Relasi budaya
tentunya berbeda dengan istilah serangan budaya dimana perbedaan nilai yang negative dari suatu budaya bagi budaya dalam
negeri atau pada umumnya dunia muslim merupakan “ancaman” dan “tantangan” tersendiri dalam penyikapan dan penerimaannya. Lagi-lagi
Islam sebagai sistem nilai, dalam kaitannya dengan bentuk “ancaman” dan “tantangan” tersebut telah mengatur dan mengantisipasi
sedemikian rupa dengan acuan nilai rahmatan lil alamiin dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Hubungan antar
budaya ini yang merupakan kristalisasi dari komunikasi global dan dalam Islam
komunikasi tersebut tentunya senantiasa memerhatikan secara penting hubungan
yang terjadi bukan hanya sekedar secara horizontal antara sesama manusia dan
lingkungannya melainkan juga secara vertikal antara Pencipta dan hamban-Nya.
Dalam kaitannya
dengan hal itu tentunya pemanfaatan salah satu teknologi media komunikasi massa
seperti televisi senantiasa disandarkan secara utuh dan langsung dengan bentuk
dan sikap ketakwaan. Sehingga tata nilai, etika dan moral (akhlak) yang
luhur dan mulia yang terintegrasikan tentunya telah menjadi muatan utama dalam
setiap kegiatan penyiaran yang dapat dilakukan tersebut. Adapun bentuk-bentuk
nilai yang dapat diketengahkan merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran suci agama Islam dan itu bersifat subtansial-universal (tidak hanya
simbolik semata), seperti ketuhanan, kebenaran, kebaikan, kearifan, kebajikan,
keadilan, kesederhanaan, kejujuran, keutamaan ilmu, kemerdekaan, persatuan umat
dengan persamaan makna, ketauladanan dalam bertakwa, persaingan sehat dan
persaudaraan, persamaan dan tanggungjawab, serta masih banyak lainnya yang
dimana hal itu merupakan nilai-nilai yang memang tidak dapat ditolak oleh pihak
manapun bahkan oleh umat beragama lainnya, sehingga dapat menjadi sebuah
kesepahaman, kesepakatan dan ke-maslahat-an bersama.
Peranan dan fungsi media
komunikasi massa ini (televisi) dalam memberikan pemodelan ketauladanan,
mediaisasi, dan pengembangan kepribadian tentunya menjadi tanggung jawab yang
mungkin dapat diupayakan bersama oleh seluruh elemen bangsa ini. Sehingga
proses pendidikan nilai dan moral senantiasa efektif dan efisien dilakukan
dengan memberikan stimulasi sadar dari lingkungan disamping secara legal formal
dari institiusi-institusi pendidikan yang ada. Atas dasar ikhtiar tersebut, kita selaku sebagai muslim dan bagian dari
bangsa Indonesia, tentunya dapat optimis untuk terus bergerak menuju kepada
perubahan tatanan masyarakat madani yang damai sentausa, aman tentram, makmur dan
bersahaja dengan citra dan harga diri bangsa yang luhur serta yang utama ialah
dapat selamat di dunia ini dan di akhirat nanti.
Saran
Makalah ini tentu masih jauh dari nilai kesempurnaan, karena
dibuat hanya sebatas khazanah pengetahuan kami itu pun dengan referensi yang
masih sangat minim. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soemarno,Deddy mulyana, Darmawan Zainun, 2006, Jakarta.
Drs. Zamris Habib, M.Si, Dosen Komunikasi UMJ dan
UIN Jakarta
Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 5, No. 2, 2003:
149-168). Tantangan
dan Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 5. Sumatera Utara: IAIN Sumut Prodi Komunikasi
Islam.
Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah Alcaff
Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses
& Bahagia. Hal. 30, No. 4 &
Hal. 34, No. 20 & Hal. 36, No. 32 & Hal. 43, No. 64 . Jakarta Timur:
Uswah.
Tobroni. (2010). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Malaysia: UMM Press, University of Malaya Malaysia
FAI/PPS.
Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand Be’that, diterjemahkan oleh :
Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian. Hal. 111. Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup
Sukses & Bahagia. Hal. 31, No. 9
& Hal. 34, No. 22-23. Jakarta Timur: Uswah.
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup
Sukses & Bahagia. Hal. 39, No. 44.
Jakarta Timur: Uswah.
kreeennn beuuudddd kaka ^_^
BalasHapusposting terusss yyaaa kka :-)
thanks ya
BalasHapus